Diperlihatkan Rahasia Malakut-Nya, Ditutupi Dari Rahasia Hamba-Hamba-Nya

رُبَّمَا اَطْلَعَكَ عَلَى غَيْبِ مَلَكُوْتِهِ وَحَجَبَ عَنْكَ الْإِسْتِشْرَافَ عَلَى اَسْرَارِ الْعِبَادِ

Mungkin Allah memperlihatkan kepadamu sebagian gaib yang ada di alam malukut-Nya, tetapi Allah tidak memperlihatkan kapadamu rahasia-rahasia hamba-hamba-Nya.

ADAKALANYA Allah azza wajalla memperlihatkan kepada wali (kekasih)-Nya isi dari alam malakut (alam atas) dan memperlihatkan kepada mereka rahasia-rahasia dan keajaiban-keajaiban yang ada di alam itu agar ia bertambah iman. Akan tetapi Allah tidak memperlihatkan kepada wali-Nya tersebut rahasia-rahasia para hamba-Nya, terutama kejelekan dan aib mereka.
Hal ini memberi hikmah agar si wali itu tidak turut campur dalam urusan Allah. Karena segala yang terjadi dari rahasia-rahasia hamba, semuanya adalah urusan Allah, apalagi yang berkaitan dengan kejelekan dan aib manusia. Oleh karena itu, Allah menutupi dan tidak menampakkan kepada wali itu rahasia-rahasia (kejelekan dan aib) hamba-Nya.
Ini merupakan sebuah rahmat dari Allah agar orang itu tetap menuju kepada Allah semata. Membuka aib manusia adalah hal yang dilarang. Bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa mukasyafah terhadap rahasia-rahasia manusia adalah uqubah atau sebuah bentuk siksaan dan biasanya menimpa pada orang yang baru jadi wali.
Mukasyafah terhadap rahasia-rahasia manusia adalah bentuk mukasyafah yang kurang sempurna, sebab hal Ini menyamai para dukun yang tahu rahasia manusia dengan bisikan jin. Seseorang bisa mengetahui rahasia orang lain dengan salah satu tiga cara. Salah satunya dibisiki oleh jin. Yang kedua diberitahu oleh ruhani (makhluk baru jelmaan dari wirid dan riyadhoh yang dilakukan). Yang ketiga dari malaikat.
Sasaran syuhud atau mukasyafahnya para wali itu ada tiga. Pertama, Alam Mulk (alam dunia ini, seperti mengetahui rahasia dan kejelekan orang lain). Kedua, Alam Malakut (alam atas, alam malaikat). Ketiga, Alam Jabarut (alam yang lebih tinggi lagi). Kasyf ke alam mulk ini tidak banyak berguna. Bahkan bisa mengganggu dan menjadi fitnah.
Hikmah yang lain dari ditutupnya rahasia-rahasia para hamba Allah ialah agar sesama manusia saling mencintai, tetap berhusnuddon satu dengan yang lainnya.
Rahasia hamba-hamba Allah itu bisa juga berarti kewalian dan cahaya rahasia hati.
Sahal bin Abdullah At-Tusturi ketika ditanya oleh muridnya : “Bagaimana engkau dapat mengenal kekasih-kekasih Allah ?” Beliau menjawab :
“Sesungguhnya Allah tidak akan menampakkan mereka, kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka dan kepada orang-orang yang akan mendapat manfaat dari mereka. Seandainya kekasih-kekasih Allah itu ditunjukkan dan dikenalkan kepada semua orang, niscaya akan menjadi suatu kewajiban untuk percaya dan taat kepada mereka. Dan siapa yang mengingkari dan menentang mereka setelah ia mengetahui bahwa mereka adalah kekasih-kekasih Allah maka ia kufur. Oleh sebab itulah Allah menutupi kekasih-kekasih-Nya dari orang lain karena Allah sayang dan kasihan kepada manusia.
Tetapi Allah menyebutkan di antara keistimewaan-keistimewaan para kekasih-Nya, seperti :

اللهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran ) kepada cahaya (iman).” (QS. Al-Baqarah : 257)
Dan :

وَاللهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 68)
Allah menyendirikan mereka. Andai Allah menampakkan mereka, maka melihat kepada mereka adalah hujjah, dan mendengar perkataan mereka adalah fardhu.“
Disebutkan dalam hadits shahih, Allah berfirman :

مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ أَذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Barang siapa yang memusuhi kekasih-Ku maka sungguh Aku menyatakan berperang dengannya.” (HR. Bukhari)

Adab Memandang Wali
Sebagian ulama mengatakan : “Jika engkau ingin mengetahui kewalian seseorang, maka sebelumnya engkau harus menanamkan rasa baik sangka dalam dirimu, kepada orang yang engkau ingin mengetahui kewaliannya.”
Begitupun halnya seorang murid terhadap gurunya. Maka diwajibkan bagi seorang murid untuk selalu husnuddhon (baik sangka) dan memandang sempurna terhadap gurunya. Sehingga ia akan dapat melihat keistimewaan-keistimewaan gurunya tersebut.
As-Syeikh Ali Baros pernah berkata kepada gurunya al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Aththas: “Wahai tuanku, Betapa seringnya engkau mendatangi perkampungan-perkampungan untuk melaksanakan dakwahmu! Namun tidak ada seorang pun dari mereka yang mendapatkan manfaat (yang khusus) darimu ?” Al-Habib Umar menjawab : “Wahai Ali! Andaikata mereka memandang kepadaku seperti pandangan engkau kepadaku, niscaya aku akan menyampaikan mereka kepada Allah dalam sekejap. Akan tetapi yang hanya mereka katakan : Habib telah naik. Habib telah turun. Dan jika di antara mereka meminta kepadaku sesuatu, yang mereka minta berupa hujan.”
Yang dimaksud pandangan as-Syeikh Ali Baros kepada gurunya al-Habib Umar adalah padangan kesempurnaan. Yaitu memandang gurunya sempurna tanpa menoleh kepada kekurangan dan sifat-sifat manusia guru itu, seperti bencanda, suka makan dan hal-hal yang lain.
Maka manakala asy-Syeikh Ali Baros memandang kepada gurunnya al-Habib Umar dengan pandangan kesempurnaan, maka gurunya pun menyempurnakannya. Sehingga beliau sampai kepada Allah.
Kewalian itu ada dua macam. Kewalian khusus dan kewalian umum. Adapun kewalian khusus ada dua macam. Kewalian kecil dan kewalian besar. Kewalian kecil adalah kewalian yang dimiliki orang-orang beriman kepada Allah. Kewalian besar adalah kewalian yang dimiliki para kekasih Allah (para auliya’ dan arifin).
Adapun kewalian kecil adalah sebagaimana yang diisyaratkan oleh Sayyiduth thoifah Abul Qasim al-Junaid radhiyallahu anhu, dalam ucapan beliau :

التَّصْدِيْقُ بِعِلْمِنَا هٰذَا وِلَايَةٌ

“Mempercayai tentang keilmuan kami ini adalah sebuah kewalian (kecil).”
Saungguhnya imam Junaid mengatakan hal itu, karena mereka adalah orang-orang yang memperoleh keistimewaan untuk mengetahui rahasia-rahasia yang tidak akan mempercayainya kecuali orang-orang yang diberi taufiq dan orang yang terpilih.
Orang yang sering mendekati dan berkumpul dengan para kekasih Allah adalah orang memang diberikan Allah keistimewaan dan taufik-Nya.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM