Bersangka Baiklah Kepada Allah

إِنْ لَـمْ تُـحْسِنْ ظَنَّكَ بِهِ لِأَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِّنْ ظَنَّكَ بِهِ لِأَجْلِ مُعَامَلَتِهِ مَعَكَ فَهَلْ عَوَّدَكَ إِلَّا حَسَنًا وَهَلْ أَسْدَى إِلَيْكَ إِلَّا مِنَنًا

Jika engkau tidak sangka baik kepada Allah karena sifat-sifat Allah yang baik, maka bersangka baiklah kepada Allah karena karunia pemberiannya kepadamu. Tidakkah Allah selalu memberi nikmat karunianya kepadamu?

 

MANUSIA dalam ber-husnuddon kepada Allah ada dua macam. Orang khawas dan orang awam.

Pertama, orang khawas atau arif billah ber-husnuddhon kepada Allah karena memahami sifat-sifat Allah yang baik. Mereka mengerti bahwa Allah itu bersifat Ar-Rahman Ar-Rahim (Maha Kasih dan Penyayang) dan tidak mungkin berbuat dhalim kepada makhluk-Nya. Maka apabila terjadi sesuatu yang baik atau tidak baik bagi mereka sama. Mereka senang dan ridho karena sudah ada husnuddhon kepada Allah berkat memahami sifat-sifat Allah yang cantik dan baik. Dalam keadaan apapun mereka tetap berhusnuddon kepada Allah. Walau dalam bala mereka tetap yakin bahwa itu adalah rahmat dan kenikmatan dari Allah meskipun dalam bentuk bencana.

Contoh Ariiin yang selalu berhusnuddon kepada Allah adalah Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau berkata:

وَلِـحُسْنِ الظَّنِّ لَازِمْ   فَهُوْ خِلِّيْ وَحَلِيْفِيْ

وَأَنِــيْــسِــي وَجَــلِــيْـسِي طُوْلَ لَيْلِي وَنَهَارِيْ

Husnuddhon itu wajib

Dia adalah temanku dan sekutuku

Dan penghiburku serta teman dudukku

Sepanjang malam dan siangku

Dalam qasidah Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dinyatakan bahwa Husnuddhon adalah penghiburnya. Apabila seseorang ditimpa sebuah bala, maka husnuddhonnya kepada Allah bisa menghibur dan meringankan bencana itu. Husnuddhonnya begini, “Dibalik bala ini pasti ada hikmah dan kenikmatan yang terselubung dari Allah. Pasti di balik kesulitan ada kelapangan.”

Mereka mengerti Firman Allah:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

“Kadang-kadang engkau membenci sesuatu, padahal Allah akan menjadikan dari sesuatu yang kamu benci itu kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)

Para ulama mengatakan bahwa husnuddhon yang lebih utama adalah jika mendapatkan bala dianggap sebuah kenikmatan.

Yakinlah bahwa musibah yang menimpa itu murni rahmat dan kasih sayang dari Allah. Musibah itu adalah tarbiyah dari Allah agar ia kembali kepada Allah. Tidak boleh menentang Allah dan berkata, “Dosa apa aku ini sehingga aku bernasib seperti ini?”

Tidak mungkin Allah berbuat dhalim, merusak manusia. Allah menjadikan manusia makhluk termulia. Seluruh makhluk yang lain diciptakan oleh Allah untuk berkhidmah kepada manusia. Para malaikat pun disuruh oleh Allah bersujud kepada Nabi Adam untuk memuliakan Adam, bukan menyembahnya. Langit, bumi dengan segala isinya baik pepohonan atau pun hewan-hewannya diciptakan untuk manusia. Burung merak yang berbulu indah itu diciptakan untuk menghibur manusia. Mana mungkin Allah akan membinasakan manusia?

Kalau ada pertanyaan, bagaimana dengan terjadinya kerusakan dan bencana di laut atau bumi seperti gempa dan tsunami? Maka jawabannya, semua itu dari perbuatan manusia. Sebab, Allah menciptakan semua alam sebagai amanat bagi manusia. Allah menyuruh manusia untuk merawatnya. Tetapi manusia dhalim. Manusia mencemari bumi ini dan merusaknya. Makhluk lain tidak merusak laut. Yang membikin laut tercemar adalah manusia. Kerusakan, bencana, penyakit di muka bumi ini disebabkan oleh tangan-tangan jahil dari manusia. Janganlah engkau bersangka buruk kepada Allah. Itu salah manusia sendiri, bukan dari Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

“Tampaknya kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah tangan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)

Kedua, husnuddhonnya orang awam. Mereka bersangka baik kepada Allah karena mereka melihat Allah memberi kenikmatan dan karunia kepadanya. Apabila terjadi kenikmatan yang berupa bala, maka husnuddhon mereka kepada Allah bisa berubah.

Jika engkau tidak bersangka baik kepada Allah karena sifat-sifat Allah yang baik, seperti husnuddhonnya para arifin, maka bersangka baiklah kepada Allah karena karunia pemberiannya kepadamu. Tidakkah Allah selalu memberi nikmat karunianya kepadamu?

Abu Thalib Al-Makki mengatakan bahwa Ibnu Mas’ud pernah bersumpah, “Tiada seorang hamba yang bersangka baik kepada Allah, kecuali hamba itu pasti akan diberi oleh Allah, karena kebaikan semuanya ada pada tangan-Nya. Kalau Allah memberi hamba-Nya yang bersangka baik, maka berarti Allah akan memberi apa yang disangkakan itu. Karena yang dia sangkakan baik kepada Allah, berarti itu yang akan dilaksanakan oleh Allah.”

Abu Said Al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah menjenguk orang yang sakit.

“Bagaimana sangkaanmu kepada Tuhanmu?” tanya Rasulullah kepada orang itu.

“Sangkaan baik, Ya Rasulullah.”

Rasulullah bersabda :

فَظُنَّ بِهِ مَا شِئْتَ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عِنْدَ ظَنِّ الْمُؤْمِنِ بِهِ

“Sangkakanlah kepada Allah apa yang kamu suka, karena Allah akan memberi apa yang disangkakan oleh seorang mukmin kepada-Nya.”

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ حُسْنَ الظَّنِّ بِاللَّهِ مِنْ حُسْنِ عِبَادَةِ اللَّهِ

“Sesungguhnya husnuddon kepada Allah itu disebabkan baiknya ibadah kepada Allah.”

Walhasil, hendaklah engkau selalu bersangka baik kepada Allah dan makhluk Allah. Untuk keberhasilan dalam melakukan segala hal, modal utamanya adalah bersangka baik. Mau mengaji, si murid harus ada sangkaan baik kepada sang guru, begitu pula gurunya harus bersangka baik kepada muridnya. Si murid bersangka baik bahwa gurunya adalah orang besar yang bisa memberi fath kepada Allah. Sedangkan si guru bersangka baik bahwa si murid akan menerima ilmunya dan mengamalkannya, dan menyebarkannya.

Habib Umar Assegaf berkata:

Setiap malam yakinilah sebagai lalilatul qadar

Setiap orang yang kau temui yakinilah sebagai Khidir

Kalau seseorang berhusnuddhon bahwa setiap malam adalah lailatul qadar, maka ia akan selalu beribadah dengan giat pada setiap malam dan menghindari maksiat. Ada pendapat yang menyatakan bahwa lailatul qadar tidak hanya terjadi di bulan Ramadhan. Syeikh Abdul Aziz Ad-Dabbag menyatakan bahwa lailatul qadar terjadi pada malam Nisfu Sya’ban. Beliau juga pemah mendapatkan lailatul qadar pada malam satu Syawal. Seseorang yang berhusnuddhon (berbaik sangka) kepada setiap orang yang ditemuinya maka ia akan berbuat baik dengan orang itu.

Mudah-mudahan kita dijadikan orang yang berbaik sangka kepada Allah dalam segala urusan, dunia atau akhirat dan dijauhkan dari buruk sangka kepada Allah dan makhluk Allah. Amin.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM