Thaharah

Thaharah

بسم الله الرحمن الرحيم حمدا وشكرا لله. أمر الذي عنده سعة أن ينفق من سعته حيث قال تبارك وتعالى لينفق ذو سعة من سعته والصلاة والسلام على نبيه ورسوله المصطفى محمد صلى الله عليه وسلم القائل طلب العلم فريضة على كل مسلم وعلى جميع آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين أجمعين, آمين أما بعد!

Segala puja dan puji bagi Allah yang telah memerintahkan hamba-hambanya yang mempunyai keleluasaan ilmu, harta benda maupun tenaga agar menyalurkan sebagian dari keleluasaan tersebut kepada orang lain yang memerlukannya.  Shalawat dan salam semoga tercurah-limpahkan ke hadirat Nabi Besar Muhammad saw. yang telah memerintahkan umatnya agar menuntut ilmu. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan juga kepada segenap keluarga dan para sahabat beliau serta para pengikut mereka yang telah mengikuti jejak beliau hingga hari kiamat.

Berangkat dari sebuah keprihatinan mendalam akan perkembangan kebanyakan anak-anak muda saat ini yang cenderung menjauhi agama dengan berbagai macam varian faktor penyebabnya, maka kami ingin mengajak mereka, dan tentu juga saudara-saudara yang lain, untuk belajar kembali tentang ajaran-ajaran agama serta nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya.

Menyadari akan kegemaran cara belajar seseorang yang bervariatif, maka disamping mempersiapkan kajian fiqh dalam bentuk text, kami juga bermaksud akan menyuguhkan fiqh dalam bentuk Mp3.

Semua ini adalah berkat kerja keras sahabat-sahabat DINUL QOYIM, yang rela menyempatkan waktu disela-sela kesibukannya, untuk terus membantu kami dalam pembuatan situs dan beberapa program lain yang telah kami rencanakan. Rasa syukur yang tak terhingga kami ucapkan kepada mereka, semoga niat tulus serta amal mereka diterima disisi-Nya. Amin … Ya Rabbal ‘Alamin.

Mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah tujuan inti dari kehidupan dunia. Pendekatan tersebut seyogyanya dilakukan secara bertahap. Mulai dari pembekalan aqidah ketauhidan, kemudian mempelajari ajaran syari’at amaliyah (fiqh) serta mengamalkannya, dan kemudian bagi kalangan tertentu sangat perlu sekali meningkatkan keimanannya pada tingkat tertinggi yaitu menjalani nilai-nilai tauhid yang tinggi yang terkandung dalam ajaran tasawuf.

Maka pada kesempatan ini, akan dibahas tentang apa itu Fiqh. Dalam kitab Ta’rifat dijelaskan:

الفقه هو في اللغة عبارة عن فهم غرض المتكلم من كلامه وفي الإصطلاح هو العلم بالأحكام الشرعية العملية المكتسب من أدلتها التفصيلية وقيل هو الإصابة والوقوف على المعنى الخفي الذي يتعلق به الحكم وهو علم مستنبط بالرأي والإجتهاد ويحتاج فيه إلى النظر والتأمل ولهذا لا يجوز أن يسمى الله تعالى فقيها لأنه لا يخفى عليه شيء (١٠٩٨) التعريفات

Fiqh dari sisi bahasa adalah kemampuan memahami tujuan dari ucapan seseorang. Dan dalam tinjauan istilah Fiqh adalah sebuah ilmu tentang hukum-hukum syari’at yang diamalkan yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci. Dengan kata lain, Fiqh adalah salah satu bidang ilmu yang membahas permasalahan- permasalahan hukum yang mengatur berbagai macam aspek kehidupan manusia, baik pribadi, bermasyarakat maupun hubungan manusia dengan Tuhannya.

Pelajaran Fiqh ini seyogyanya akan mendapat tashih dari beberapa Ulama’ yang insya Allah tidak diragukan kealimannya. Tulisan ini mengacu pada kitab taqrib karya Syekh Abu Syuja’ Al-Ashfahani, seorang yang sangat alim, dermawan dan pernah menjadi hakim dan menteri. Setelah hidup sebagai seorang pejabat, beliau hijrah menempuh jalan zuhud. Bertempat di Madinah, tepatnya di masjid nabawi bertugas merapikan tikar dan lentera masjid sampai akhir hayatnya. Lahir tahun 434 H. Dan meninggal pada tahun 593 H. Semoga Allah meridha’i Beliau.

Semoga karya tulis yang penuh debu serta jerih payah sahabat-sahabat kami yang telah membantu terbitnya situs ini, diterima disisi-Nya dan menjadi bagian dari bentuk pengabdian penulis dan sahabat-sahabat penulis kepada Sang Khaliq. Dan semoga karya kecil ini dapat bermanfa’at bagi saudara-saudara kami seiman. Harapan kami semoga ilmu fiqh dasar ini dapat disebarkan kepada saudara-saudara yang lain.

وفقنا الله للصواب وأرضانا في هذا العمل لينتفع بهذا العلم طلابه إنه رؤوف بالعباد

بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين وصلى الله على سيدنا محمد النبي الأمي وآله الطاهرين وصحابته أجمعين قال القاضي أبو شجاع أحمد بن الحسين بن أحمد الأصفهاني رحمة الله تعالى عليه سألني بعض الأصدقاء حفظهم الله تعالى أن أعمل مختصرا في الفقه على مذهب الإمام الشافعي رحمة الله عليه ورضوانه في غاية الاختصار ونهاية الإيجاز ليقرب على المتعلم درسه ويسهل على المبتدئ حفظه وأن أكثر من التقسيمات وحصر الخصال فأجبته إلى ذلك طالبا للثواب راغبا إلى الله تعالى في التوفيق للصواب إنه على ما يشاء قدير وبعباده لطيف خبير.

Penulis dari kitab taqrib ini yaitu Syeikh Abu Syuja’ Ahmad Bin Husen bin Ahmad al-Ashfahani Rahimahullah, mengawali karyanya dengan bacaan Basmalah, Hamdalah serta Shalawat.

Penulisan ini dibuat, karena Syeikh Abu Syuja’ diminta oleh sebagian dari sahabat-sahabatnya untuk menyusun fiqih bermadzhab Syafi’i yang sangat ringkas dan sederhana dan terbagi dalam bagian-bagian yang banyak agar mudah dipelajari dan dihafal. Beliau penuhi permintaan sahabat beliau itu seraya memohon taufik pada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Tahu.

كتاب الطهارة

Masalah thaharah perlu dibahas  karena ia menjadi syarat dari sahnya shalat.

 

Thaharah dari sisi bahasa (etimologi) adalah kebersihan. Adapun menurut istilah (terminologi syara’) adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Fathul Qarib:

فعل ما تستباح به الصلاة أي من وضوء وغَسل وتيمم وإزالة نجاسة

melakukan suatu kegiatan-kegiatan tertentu seperti wudhu, mandi, tayammum, dan menghilangkan najis agar seseorang dapat melaksanakan shalat.

المياه التي يجوز بها التطهير سبع مياه ماء السماء وماء البحر وماء النهر وماء البئر وماء العين وماء الثلج وماء البَرْد

 Air yang merupakan alat utama dari kegiatan thaharah, dibagi menjadi tujuh macam.

  1. air hujan
  2. air laut
  3. air sungai
  4. air sumur
  5. mata air
  6. air salju
  7. air embun.

Maka jika disimpulkan, ketujuh macam air ini sebagaimana penjelasan dalam kitab Fathul Qarib adalah air yang turun dari langit dan keluar dari tanah dengan warna apapun asal masih tetap dengan asal kejadiannya.

Berikut redaksinya:

ما نزل من السماء أو نبع من الأرض على أي صفة كانت من أصل الخِلقة.

Dari tinjauan hukum, air itu terbagi menjadi empat bagian.

ثم المياه على أربعة أقسام طاهِر مُطهِر، غير مكروه استعماله وهو الماء المطلق وطاهر مُطهِر، مكروه وهو الماء المشمس وطاهر غير مُطهِر وهو الماء المستعمل والمتغير بما خالطه من الطاهرات وماء نجس وهو الذي حلت فيه نجاسة وهو دون القلتين أو كان قلتين فتغير والقلتان خمسمائة رطل بغدادي تقريبا في الأصح.

Pertama      : air yang hukumnya suci serta dapat menyucikan dan tidak makruh menggunakannya. Air ini disebut Air Mutlak atau air murni.

Kedua        : air yang suci dan menyucikan, tetapi hukum menggunakan air ini makruh. Air ini adalah air yang panas karena dijemur di bawah sinar matahari. Kemakruhan air ini hanya pada saat air itu panas. Apabila air ini sudah dingin, maka hukum makruhnya hilang.

Ketiga        : air suci, tapi tidak dapat menyucikan. Air ini ada dua macam. Pertama adalah air musta’mal seperti sisa air yang sudah pernah digunakan untuk wudhu’ atau mandi pada basuhan pertama atau sisa air yang digunakan untuk menghilangkan najis yang melekat pada sebuah benda, dengan syarat air tersebut tidak berubah salah satu sifatnya dan tidak pula bertambah kadar ukurannya setelah benda  yang disucikan tersebut diangkat dari permukaan air dan setelah dikurangi berapa kadar air yang telah diresap.

Berikut redaksi yang terdapat pada kitab Fathul Qarib:

وهو الماء المستعمل في رفع حدث أو إزالة نجس إن لم يتغير، ولم يزد وزنه بعد انفصاله عما كان بعد اعتبار ما يتشرّبه المغسول من الماء.

                     Dan kedua adalah air yang telah berubah salah satu sifatnya, baik warna, bau atau rasanya, karena bercampur dengan zat suci lain yang mencegah terhadap kemutlakan air tersebut.

Keempat     : air yang hukumnya najis karena kemasukan benda najis, dimana air tersebut kurang dari dua kullah. Atau dua kullah akan tetapi salah satu sifatnya berubah.

Dua kullah kurang lebihnya adalah 500 kati baghdad menurut pendapat yang paling sahih. Atau jika dikonversi ke kubik atau liter –menurut Imam Nawawi- menjadi 0.55 m³ atau 174,5 liter.

Kesimpulan:

Air dari sisi hukumnya terbagi menjadi dua:

1.     Suci

a).     Menyucikan

  1. Tidak makruh
  2. Makruh

b).    Tidak dapat menyucikan

  1.  Air musta’mal
  2.  Air yang telah berubah.

2.    Najis.

Pembahasan berikutnya yaitu tentang benda-benda yang terkena najis dan benda-benda yang bisa suci setelah melalui proses penyamakan serta membahas benda-benda yang sama sekali tidak dapat menjadi suci.

فصل

وجلود الميتة تطهر بالدباغ إلا جلد الكلب والخنزير وما تولد منهما أو من أحدهما وعظم الميتة وشعرها نجس إلا الآدمي.

Kulit bangkai (hewan yang mati dan tidak melalui proses penyembelihan syar’i), baik hewan tersebut termasuk dalam katagori hewan yang halal dikonsumsi atau tidak, itu hukumnya dapat menjadi suci seteleh disamak, dikenal dengan istilah Dibagh, kecuali kulit anjing dan babi dan juga binatang yang terlahir dari keduanya atau terlahir dari salah satu dari keduanya, sebab terjadi hubungan dengan hewan yang suci. Seperti babi yang berhubungan dengan kambing misalnya, maka anak yang terlahir itu, juga dihukumi najis.

Cara menyamak kulit hewan, sebagaimana penjelasan dalam kitab Fathul Qarib adalah dengan menghilangkan sisa-sisa darah dan sebagainya yang menempel pada kulit dan membuat kulit itu dapat berbau busuk, dengan benda yang mempunyai rasa kelat seperti daun atau kulit pohon ‘ashf (salah satu nama tanaman rasanya pahit serta tengik) bahkan sekalipun benda yang mempunyai rasa kelat tersebut najis seperta kotoran burung merpati. Berikut redaksinya:

وكيفية الدبغ أن ينزع فضول الجلد يُعَفّنُه من دم ونحوه بشيء حِريف كعَصْف ولو كان الحريف نجسا كذَرق حمام

Adapun tulang dan bulu bangkai itu hukumnya adalah najis kecuali tulang dan bulu atau rambut mayat manusia.

Pengecualian dari hukum-hukum di atas sebetulnya masih banyak, dimana penjelasannya dapat ditemukan di dalam kitab-kitab yang besar.

Fasal berikutnya adalah mengenai wadah-wadah yang haram digunakan di selain keadaan darurat.

فصل

ولا يجوز استعمال أواني الذهب والفضة ويجوز استعمال غيرهما من الأواني.

Tidak boleh atau haram hukumnya menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak baik dipakai sebagai tempat untuk makan, minum dan lain sebagainya. Lebih dari itu dalam syarahnya dijelaskan;

وكما يحرم استعمال ما ذكر يحرم اتخاذه من غير استعمال في الأصح

sebagaimana keharaman menggunakan wadah-wadah di atas, maka menyimpan wadah-wadah tersebut tanpa digunakan, itu juga haram. Akan tetapi apabila wadah tersebut bukan terbuat dari kedua jenis di atas, maka hukumnya boleh.

Fasal berikutnya akan menjelaskan tentang hukum menggunakan alat untuk bersiwak.

فصل

والسواك مستحب في كل حال إلا بعد الزوال للصائم وهو في ثلاثة مواضع أشد استحبابا: عند تغير الفم من أزم وغيره وعند القيام من النوم وعند القيام إلى الصلاة.

Bersiwak hukumnya sunnah dalam keadaan apapun kecuali pada saat tergelincirnya matahari ke arah barat bagi yang melakukan puasa.

 

Bersiwak pada 3 (tiga) macam keadaan sangat disunnahkan daripada selain keadaan tadi.

Pertama    :    ketika terjadi perubahan bau mulut karena diam terlalu lama atau karena sebab yang lain. Kedua      :                 pada saat bangun tidur. Dan

Ketiga      :    pada saat mau mendirikan shalat.

فصل

وفروض الوضوء ستة أشياء النيّة عند غسل الوجه وغَسلُ الوجه وغسل اليدين إلى المرفقين ومسح بعض الرأس وغسل الرجلين إلى الكعبين والترتيبُ على ما ذكرناه.

Fasal ini akan membahas tentang tata cara berwudhu’

Fardhunya wudhu’ ada 6 (enam) yaitu:

  1. Niat saat membasuh permulaan sebagian muka.
  2. Membasuh muka secara keseluruhan.
  3. Membasuh kedua tangan sampai siku.
  4. Mengusap sebagian rambut atau kulit kepala.
  5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
  6. Dilakukan secara tertib dari no. 1 sampai 5.

Penjelasan:

Niat            :    Niat dalam hal wudhu’ adalah:

قصد شيئ مقترنا بفعله

                        (Di dalam hati) Bermaksud melakukan sesuatu, yang berbarengan dengan pekerjaannya. Sebagaimana persyaratan niat yang telah dijelaskan di atas; bahwa niat harus dilakukan bersamaan dengan kegiatan membasuh muka. Beda dengan kata (Azam). Azam adalah niat yang kegiatannya tidak dilakukan pada saat itu juga, akan tetapi akan dilakukan pada saat-saat yang akan datang.

Salah satu contoh niat wudhu’ adalah:

نويت الوضوء لرفع الحدث الأصغر فرضا لله تعالى

                        Niat aku melakukan wudhu’ untuk menghilangkan hadats kecil fardhu karena Allah SWT.

Muka          :    Batas panjang muka yang wajib dibasuh adalah dari tempat tumbuhnya rambut kepala menurut ukuran umum, hingga sampai kedua janggut. Adapun batas lebarnya yaitu antara kedua telinga.

Membasuh  :    Disyaratkan airnya harus mengalir pada seluruh anggota badan yang wajib dibasuh. Beda dengan kata mengusap. Mengusap tidak disyaratkan airnya mengalir akan tetapi cukup anggota badan yang wajib diusap tadi basah.

وسننه عشرة أشياء التسمية وغسل الكفين قبل إدخالهما الإناء والمضمضة والاستنشاق ومسح جميع الرأس ومسح الأذنين ظاهرهما وباطنهما بماء جديد وتخليل اللحية الكَثَّة وتخليل أصابع اليدين والرجلين وتقديم اليمنى على اليسرى والطهارة ثلاثا ثلاثا والموالاة.

Adapun sunnah-sunnah daripada wudhu’ ada 10 (sepuluh) macam;

  1. Membaca bismillah
  2. Membasuh kedua tapak tangan hingga kedua pergelangan sebelum memasukkan ke dalam wadah
  3. Kemudian berkumur lalu menghirup air ke dalam hidung
  4. Mengusap kepala secara menyeluruh
  5. Mengusap kedua telinga baik pada bagian muka atau bagian dalamnya dengan air yang baru, bukan sisa-sisa usapan kepala.
  6. Menyela-nyela jenggot yang tebal.
  7. Menyela-nyela jari-jari kedua tangan dan kaki.
  8. Mendahulukan basuhan tangan maupun kaki yang kanan daripada yang sebelah kiri.
  9. Kegiatan bersuci disunnahkan dilakukan 3 (tiga) kali
  10. Susul menyusul sekira anggota yang dibasuh sebelumnya, belum sampai kering pada saat cuaca, temperamen tubuh dan situasi keadaan dalam keadaan normal.

Sebagaimana redaksi yang terdapat dalam kitab Fathul Qorib:

 (والموالاة) ويعبر عنها بالتتابع، وهي أن لا يحصل بين العضوين تفريق كثير، بل يطهر العضو بعد العضو بحيث لا يجف المغسول قبله مع اعتدال الهواء والمزاج والزمان

Berikutnya Syeikh Abu Syuja’ akan menjelaskan tentang bersuci sehabis buang air kecil dan besar yang dikenal dengan istilah istinja’ serta tata kerama orang buang air besar.

فصل

والاستنجاء واجب من البول والغائط والأفضل أن يستنجي بالأحجار ثم يٌتبِعُها بالماء ويجوز أن يقتصر على الماء أو على ثلاثة أحجار ينقي بهن المحل فإذا أراد الاقتصار على أحدهما فالماء أفضل.

Istinja’ hukumnya wajib setelah buang air kecil dan besar. Yang paling utama adalah bersuci dengan memakai beberapa batu kemudian diikuti dengan air. Namun demikian boleh atau sah apabila seseorang memilih, apakah mau menggunakan air saja atau dengan 3 (tiga) batu dengan catatan tempat kotorannya dapat dibersihkan dengan tiga batu tersebut. Namun yang paling utama itu adalah menggunakan air dari pada batu.

Ditambahkan dalam syarah taqrib dijelaskan, syarat istinja’ dengan batu antara lain adalah:

  1. Jangan sampai najis yang keluar itu kering.
  2. Najis tersebut tidak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain yang bukan tempat keluarnya najis tersebut.
  3. Jangan sampai tempat keluarnya najis tadi terkena najis lain.

Oleh karena itu, apabila 3 (tiga) syarat di atas tidak terpenuhi, maka wajib dalam beristinja’ harus menggunakan air.

وشرط الإستنجاء بالحجر أن لا يَجِفَّ  الخارج النجس ولا ينتقل عن محل خروجه ولا يطرأ عليه نجس آخر أجنبي. فإن انتفى شرط من ذالك تعين الماء.

ويجتنب استقبال القبلة واستدبارها في الصحراء

Haram bagi orang yang hendak melakukan kencing atau berak apabila ia berada di tanah lapang, menghadap kiblat atau membelakangi kiblat. Keharaman dimaksud, apabila di antara orang yang sedang kencing atau berak dengan kiblat tidak terdapat tabir, atau ada ada tetapi tidak mencapai 2/3 dzira’ (30 cm), atau mencapai 2/3 dzira’, akan tetapi jarak di antara keduanya jauh. Dijelaskan lebih lanjut; Bangunan dalam hal ini sama halnya dengan tanah lapang kecuali bangunan yang memang disediakan untuk kencing atau berak. Sebagaimana redaksi dalam kitab Fathul Qarib:

إن لم يكن بينه وبين القبلة ساتر او كان ولم يبلغ ثلثي ذراع او بلغهما وبعد عنه أكثر من ثلاثة أذرع بذراع الآدمي. والبنيان في هذا كالصحراء بالشرط المذكور إلا البناء المعد لقضاء الحاجة فلا حرمة.

 ويجتنب البول والغائط في الماء الراكد وتحت الشجرة المثمرة وفي الطريق والظل والثقب ولا يتكلم على البول ولا يستقبل الشمس والقمر ولا يستدبرهما.

Kencing atau BAB hendaknya jangan dilakukan di air yang tidak mengalir, dan di bawah pohon yang berbuah, di jalan, di tempat berteduh, di lobang. Dan hendaknya tidak berbicara saat kencing dan berak, tidak pula menghadap matahari dan bulan dan tidak pula membelakangi keduanya.

فصل

والذي يَنْقُضُ الوضوء ستة أشياء ما خرج من السبيلين والنوم على غير هيئة المتمكن وزوال العقل بسُكر أو مرض ولمس الرجل المرأة الأجنبية من غير حائل ومس فرج الآدمي بباطن الكَفِّ ومس حَلْقَة دبره على الجديد.

Fasal ini akan menjelaskan tentang beberapa perkara yang dapat membatalkan wudhu’. Perkara yang dapat membatalkan wudhu itu ada 6 (enam) yaitu:

1.   Sesuatu yang keluar dari dua jalan (depan belakang)

2.   Tidur dalam keadaan tidak stabil

3.   Hilang akal karena mabuk atau sakit

4.   Sentuhan laki-laki pada wanita asing (bukan mahramnya) tanpa penghalang, yang dimaksud dengan mahram adalah orang yang haram dinikahi karena ada hubungan nasab, atau hubungan susuan, atau hubungan mertua, sebagaimana redaksi dalam kitab Fathul Qarib:

 والمراد بالمحرم من حرم نكاحها لأجل نسب أو رضاع أو مصاهرة

5.  Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan bagian dalam

6.  Menyentuh lingkaran anus (dubur) menurut qaul jadid.

 

Qaul jadid artinya fatwa Imam Syafi’i saat berada di Mesir dan Qaul qadim (pendapat lama) adalah fatwa Imam Syafi’i saat berada di Baghdad, Irak.

Fasal berikut ini akan membahas tentang hal-hal yang dapat mewajibkan mandi besar.

فصل

والذي يوجب الغسل ستة أشياء ثلاثة تشترك فيها الرجال والنساء وهي التقاء الختانين وإنزال المني والموت وثلاثة تختص بها النساء وهي الحيض والنفاس والولادة.

Perkara yang mewajibkan mandi besar (ghusl) itu ada 6 (enam) 3 (tiga) di antaranya berlaku untuk laki-laki dan perempuan yaitu pertemuan kedua jenis kemaluan (persetubuhan), keluarnya sperma, dan kematian, kecuali orang yang mati syahid. Sedangkan tiga lainnya khusus untuk perempuan yaitu (4) haid, (5) nifas, (6) melahirkan (wiladah).

Fasal berikutnya adalah tentang fardhunya mandi.

فصل

وفرائض الغسل ثلاثة أشياء النية وإزالة النجاسة إن كانت على بدنه وإيصال الماء إلى جميع الشعر والبشرة.

Fardhunya mandi itu ada 3 (tiga) yaitu niat, menghilangkan najis yang terdapat pada tubuh , dan meratakan air ke seluruh rambut dan kulit tubuh .

Adapun sunnahnya mandi adalah:

وسننه خمسة أشياء التسمية والوضوء قبله وإمرار اليد على الجسد والموالاة وتقديم اليمنى على اليسرى.

Hal-hal yang disunnahkan dalam mandi ada 5 (lima) yaitu Baca bismillah, wudhu sebelum mandi, menggosok seluruh tubuh dengan tangan, bersambung atau susul menyusul, dan mendahulukan bagian anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri.

Fasal berikutnya adalah tentang macam-macam mandi yang disunnahkan.

والاغتسالات المسنونة سبعة عشر غُسلا غُسل الجمعة والعيدين والاستسقاء والخسوف والكسوف والغسلُ من غَسلِ الميت والكافر إذا أسلم والمجنون والمغمى عليه إذا أفاقا والغسل عند الإحرام ودخول مكة وللوقوف بعرفة وللمبيت بمزدلفة ولرمي الجمار الثلاث وللطواف وللسعي ولدخول مدينة رسول الله صلى الله عليه وسلم

Macam-macam mandi yang disunnahkan ada 17 macam yaitu: mandi karna untuk melaksanakan shalat Jum’at, mandi karena untuk melaksanakan shalat ‘idul Fitri maupun ‘Idul Adha, mandi karna untuk melaksanakan shalat (istisqa’) yaitu shalat yang dilakukan untuk memohon hujan kepada Allah, mandi karna untuk melaksanakan shalat gerhana bulan atau gerhana matahari, mandi sehabis  memandikan mayit, mandi bagi orang non muslim apabila sudah masuk Islam, mandi bagi orang gila apabila sudah sembuh, mandi bagi orang pingsan apabila sudah sadar, mandi saat akan melaksanakan ihram, mandi saat akan masuk Makkah, mandi saat akan wukuf di Arafah, mandi saat akan mabit (menginap) di Muzdalifah, mandi saat akan melempar Jumrah yang tiga, mandi saat akan tawaf, mandi saat akan sa’i, dan mandi saat akan masuk kota Madinah.

 فصل

والمسح على الخُفين جائز بثلاث شرائط أن يبتدئ لُبسَهما بعد كمال الطهارة وأن يكونا ساتِرين لمحل الفَرض من القَدَمين وأن يكونا مما يُمكِن تتابُعُ المشيِ عليهما

Fasal ini akan membahas tentang mengusap stiwel atau Khuf.

Lihat gambar berikut:

الخف ما يلبس على الرجل مما يصنع من الجلد والجورب

Mengusap stiwel  -yang suci tentunya- saat berwudhu’ itu hukumnya boleh tapi dengan 3 (tiga) syarat:

  1. Pemakain awal stiwel harus setelah bersuci sampai sempurna.
  2. Kedua Stiwel  menutupi semua bagian kaki yang wajib dibasuh seperti kedua tapak kaki sampai mata kaki.
  3. Kaos kakinya tergolong bisa dipakai untuk berjalan.

Hukum boleh mengusap stiwel hanya berlaku untuk wudhu’ saja dan tidak berlaku untuk yang lain seperti mandi besar maupun untuk menghilangkan najis.

ويمسح المقيم يوما وليلة والمسافر ثلاثة أيام بلياليهن وابتداء المدة من حين يحدث بعد لبس الخفين فإن مسح في الحضر ثم سافر أو مسح في السفر ثم أقام أتم مسح مقيم.

Orang mukim dapat memakai stiwel selama satu hari satu malam (24 jam). Sedangkan musafir selama 3 (tiga) hari 3 malam. Masa diperbolehkan mengusap kedua stiwel, dihitung dari saat selesai hadats (kecil) setelah memakai kaos kaki, jadi bukan pada saat hadats dan juga bukan pada saat mengusap kedua stiwel. Apabila mengusap stiwel di rumah kemudian bepergian atau mengusap stiwel di perjalanan kemudian mukim sebelum lewat sehari semalam, maka ia harus menyempurnakannya seperti apa yang berlaku pada orang yang mukim.

ويبطل المسح بثلاثة أشياء بخلعهما وانقضاء المدة وما يوجب الغسل.

Mengusap stiwel itu akan menjadi batal karena 3 (tiga) hal: (a) melepas kedua stiwel atau salah satunya atau terlepas dengan sendirinya, (b) habis masanya, (c) dan sebab datangnya perkara-perkara yang mewajibkan mandi besar.

فصل

 وشرائط التيمم خمسة أشياء: وجود العذر بسفر أو مرض، ودخول وقت الصلاة، وطلب الماء، وتعذر استعماله وإعوازه بعد الطلب، والتراب الطاهر الذي له غبار فإن خالطه جص أو رمل لم يجز.

Pembahasan kali ini yaitu tentang tayammum. Tayammum sebagaimana penjelasan dari kitab fathul qarib, adalah meratakan debu yang suci terhadap wajah dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu’, atau mandi. Berikut redaksinya:

إيصال تراب طهور إلى الوجه واليدين بدلا عن الوضوء والغسل

Syarat-syarat tayammum ada 5 (lima) perkara: (a) terdapat halangan, baik sebab bepergian atau sakit, (b) masuknya waktu shalat, (c) harus mencari air, (d) terhalangnya menggunakan air dan kekurangan air setelah melakukan pencarian, (e) tanah yang suci dan berdebu. Jadi apabila tanah yang berdebu tersebut bercampur kapur atau pasir maka tidak sah. Akan tetapi dalam syarah fathul qarib dijelaskan:

ويصح التيمم أيضا برمل فيه غبار

Sah bertayammum menggunakan pasir yang berdebu.

وفرائضه أربعة أشياء: النية ومسح الوجه ومسح اليدين مع المرفقين والترتيب.

Adapun fardhunya tayammum itu ada 4 (empat);

  1. Niat
  2. Mengusap wajah
  3. Mengusap kedua tangan sampai kedua siku.
  4. Tartib

Adapun lafadz niat dalam tayammum adalah sebagai berikut:

نويت التيمم لاستباحة الصلاة

Niat aku bertayammum agar diperbolehkan melaksanakan shalat.

 وسننه ثلاثة أشياء: التسمية وتقديم اليمنى على اليسرى والموالاة.

Adapun  sunnah-sunnah tayammum itu ada 3 (tiga);

  1. Baca bismillah
  2. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri
  3. Bersambung

 فصل

والذي يبطل التيمم ثلاثة أشياء ما أبطل الوضوء ورؤية الماء في غير وقت الصلاة والردة.

Hal-hal yang dapat membatalkan tayammum itu ada 3 (tiga);

  1. Segala hal yang membatalkan wudhu’
  2. Melihat air pada waktu sebelum melakukan shalat
  3. Murtad

وصاحب الجبائر يمسح عليها ويتيمم ويصلي ولا إعادة عليه إن كان وضعها على طهر

Orang yang memakai perban  boleh mengusap pada balutannya, Dan bagi dia boleh bertayammum dan melakukan shalat dan tidak berkewajiban mengulangi shalatnya apabila saat memakai perban  tersebut dalam keadaan suci dari hadats.

Ditambahkan dalam fathul qarib dijelaskan:

 ويشترط في الجبيرة أن لا تأخذ من الصحيح إلا ما لا بد منه إلا للإستمساك والَّلصوق والعِصابة والمَرهَم ونحوها على الجرح كالجبيرة

Disyaratkan, perban  tersebut tidak boleh merembet pada bagian tubuh yang sehat; kecuali hanya bagian tubuh yang memang harus terkena balutan karena untuk memperkut balutan itu sendiri. Adapun obat, pembalut dan tapal dan lain sebagainya maka itu dianggap seperti perban .

ويتيمم لكل فريضة ويصلي بتيمم واحد ما شاء من النوافل.

Satu tayammum berlaku untuk satu kali shalat fardhu. Sedangkan satu kali tayammum dapat dipakai untuk melakukan shalat sunnah sebanyak-banyaknya.

Pembahasan kali ini yaitu tentang macam-macam najis dan cara-cara menghilangkannya. Pengertian najis dalam tinjauan fiqih  adalah sebagaimana penjelasan dalam fathul qarib:

 كل عين حرم تناولها على الإطلاق حالة الإختيار مع سهولة التمييز لا لحرمتها ولا لاستقذارها ولا لضررها في بدن أو عقل

Najis adalah tiap-tiap benda yang haram diperoleh (untuk dimakan atau diminum) secara mutlak (baik sedikit maupun banyak) pada keadan leluasa serta mudah untuk memisahkannya seperti ulat kecil yang sudah mati yang biasa terdapat di dalam keju atau buah-buhan, bukan karena terhormatnya seperti mayat manusia, juga bukan karena menjijikkan seperti mani dan bukan pula karena bahayanya benda tersebut, terhadap tubuh atau akal seperti batu dan tumbuh-tumbuhan yang membahayakan terhadap kesehatan tubuh atau akal.

فصل

وكل مائع خرج من السبيلين نجس إلا المني وغسل جميع الأبوال والأرواث واجب إلا بول الصبي الذي لم يأكل الطعام فإنه يطهر برش الماء عليه

Setiap benda cair yang keluar dari dua jalan (anus dan kemaluan) hukumnya najis seperti air kencing dan tahi terkecuali mani (sperma). Membasuh kencing dan kotoran (tinja) itu wajib kecuali kencing bayi laki-laki kecil yang belum memakan makanan selain susu, sebagaimana penjelasan dalam kitab Bajuri.

 أي لم يتناول مأكولاً ولا مشروباً أي غير اللبن على جهة التغذي

maka cara menyucikannya cukup dengan memercikkan air.

Najis itu ada dua ainiyah dan hukmiyah. Berikut penjelasan di dalam kitab Fathul Qarib:

وكيفية غسل النجاسة إن كانت مشاهدة بالعين وهي المسماة بالعينية تكون بزوال عينها ومحاولة زوال أوصافها من طعم أو لون أو ريح. وإن كانت النجاسة غير مشاهدة وهي المسماة بالحكمية فيكفي جري الماء على المتنجس بها ولو مرة واحدة

Najis ainiyah adalah apabila bendanya terlihat oleh mata. Cara menyucikannya adalah dengan menghilangkan keberadaan najis tersebut, dan berusaha untuk menghilangkan sifat-sifat benda tersebut, baik rasa, warna maupun baunya kemudian dibasuh. Adapun apabila najisnya itu hukmiyah; yaitu apabila bendanya tidak terlihat. Maka cara menyucikannya adalah dengan mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut, sekalipun hanya satu kali saja.

ولا يعفى عن شيء من النجاسات إلا اليسير من الدم والقيح وما لا نفس له سائلة إذا وقع في الإناء ومات فيه فإنه لا ينجسه

Benda-benda yang najis tidak dapat dimaafkan kenajisannya kecuali sedikit seperti darah dan nanah serta hewan yang tidak terdapat darah yang mengalir di dalam tubuhnya, apabila jatuh ke dalam bejana (wadah) dan mati maka benda tersebut tidak dapat menajiskan isi yang ada dalam bejana tersebut.

والحيوان كله طاهر إلا الكلب والخنزير وما تولد منهما أو من أحدهما والميتة كلها نجسة إلا السمك والجراد والآدمي ويغسل الإناء من ولوغ الكلب والخنزير سبع مرات إحداهن بالتراب ويغسل من سائر النجاسات مرة تأتي عليه والثلاثة أفضل

Seluruh binatang itu suci kecuali anjing dan babi dan yang lahir dari keduanya atau salah satunya. Adapun bangkai itu najis kecuali bangkai ikan, bangkai belalang dan mayat manusia. Bejana yang terkena jilatan anjing dan babi harus dibasuh 7 (tujuh) kali dimana salah satu diantaranya dicampur dengan debu yang menyucikan. Sedangkan najis-najis selain itu cukup dibasuh sekali saja asal merata ke tempat yang terkena najis. Akan tetapi 3 kali basuhan itu lebih utama.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi suci karena terjadi peralihan atau perubahan dari satu sifat ke sifat yang lain, bukan karena basuhan, seperti yang akan dijelaskan berikut ini:

وإذا تخللت الخمرة بنفسها طهرت وإن خللت بطرح شيء فيها لم تطهر.

Apabila khamar (arak) menjadi cukak dengan sendirinya maka ia menjadi suci. Namun apabila perubahan itu terjadi karena memasukkan sesuatu ke dalam khamar tersebut maka hukumnya tidak suci lagi.

فصل

ويخرج من الفرج ثلاثة دماء دم الحيض والنفاس والاستحاضة فالحيض هو الدم الخارج من فرج المرأة على سبيل الصحة من غير سبب الولادة ولونه أسود محتدم لذاع والنفاس هو الدم الخارج عقب الولادة والاستحاضة هو الدم الخارج في غير أيام الحيض والنفاس وأقل الحيض يوم وليلة وأكثره خمسة عشر يوما وغالبه ست أو سبع وأقل النفاس لحظة وأكثره ستون يوما وغالبه أربعون وأقل الطهر بين الحيضتين خمسة عشر يوما ولا حد لأكثره وأقل زمن تحيض فيه المرأة تسع سنين وأقل الحمل ستة أشهر وأكثره أربع سنين وغالبه تسعة أشهر.

Fasal ini akan membahas tentang definisi darah haid, nifas dan istihadhah, kadar masing-masing dari ketiga darah tersebut serta hukumnya.

Ada 3 macam darah yang keluar dari kemaluan wanita: darah haid, darah nifas, dan darah istihadhah.

Darah haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan dalam keadaan sehat, bukan karena melahirkan. Adapun warnanya hitam kemerah-merahan, dan terasa panas. Nifas adalah darah yang keluar setelah melahirkan. Istihadlah adalah darah yang keluar di selain hari-hari haid dan nifas. Paling sedikitnya masa darah haid adalah satu hari satu malam yaitu 24 jam. Dan paling banyakna adalah 15 hari. Umumnya 6 (enam) atau 7 (tujuh) hari. Paling sedikit masa nifas adalah sekejap, dan paling banyaknya adalah 60 hari sedangkan umumnya 40 hari. Dan paling sedikitnya masa suci di antara dua masa haid adalah 15 hari. Sedangkan masa terbanyaknya, tidak ada batas. Masa usia terpendek dimana seorang wanita itu mengeluarkan darah haid adalah 9 (sembilan) tahun dengan memakai tahun hijriyah. Paling sedikit usia kehamilan adalah 6 bulan. Paling panjang masa kehamilan adalah 4 tahun. Umumnya masa kehamilan adalah 9 bulan.

ويحرم بالحيض والنفاس ثمانية أشياء الصلاة والصوم وقراءة القرآن ومس المصحف وحمله ودخول المسجد والطواف والوطء والاستمتاع بما بين السرة والركبة. ويحرم على الجنب خمسة أشياء الصلاة وقراءة القرآن ومس المصحف وحمله والطواف واللبث في المسجد. ويحرم على المحدث ثلاثة أشياء الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله.

Perkara yang diharamkan saat haid dan nifas ada 8 (delapan) yaitu shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, menyentuh lembaran Al-Qur’an, membawa lembaran Al-Qur’an, masuk masjid, tawaf, hubungan intim (jimak), bercumbu di antara pusar dan lutut.Adapun orang yang junub diharamkan melakukan beberapa hal, antara lain;  shalat, membaca Al-Qur’an, menyentuh lembaran Al-Qur’an, membawa lembaran Al-Qur’an, tawaf, dan tinggal di masjid. Adapun orang yang mempunyai hadats kecil itu diharamkan melakukan tiga hal, yaitu: shalat, tawaf, menyentuh lembaran Al-Qur’an dan membawa lembaran Al-Qur’an.

والله أعلم بالصواب

Begitulah penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan bersuci (Thaharah). Semoga bermanfa’at.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM