Menuntut Balasan Dituntut Keikhlasan, Mampu ?

مَتَى طَلَبْتَ عِوَضًا عَلَى عَمَلٍ طُوْلِبْتَ بِوُجُوْدِ الصِّدْقِ فِيْهِ, وَيَكْفِى الْمُرِيْبَ وُجْدَانُ السَّلَامَةِ

Apabila engkau menuntut balasan atas suatu amal maka engkau akan dituntut dengan kebenaranmu (kesempurnaan dan keikhlasan) dalam beramal, cukup bagi orang yang bimbang (akan kesempurnaan amalnya) bila ia selamat dari tuntutan.

AMAL kita jelek bagai gombal. Shalat kita asal-asalan. Tidak pantas menuntut balasan dari Allah. Ini memalukan. Kalau kita menuntut balasan, maka Allah akan menuntut kesempurnaan amal kita. Allah menuntut keikhlasan kita dalam beramal. Lalu siapakah yang betul-betul sempurna dan ikhlas dalam beramal? Tidak ada seorangpun bisa melakukan itu. Maka cukup bagi orang yang bimbang akan kesempurnaan amalnya bila ia puas bisa selamat dari tuntutan balik dari Allah untuk kesempurnaan amalnya.
Dimisalkan, seorang pekerja yang bekerja membikin kain sarung milik majikannya menghasilkan kain sarung yang jelek dan rusak, maka tidak pantas ia menuntut upah atas pekerjaannya yang cacat itu. Cukup baginya puas bisa selamat dari dituntut balik oleh majikannya untuk mengganti kain sarung yang telah ia rusakkan tersebut.
Khair An-Nassaj berkata: “Mizan (ukuran) amalmu itu sesuai dengan perbuatanmu. Maka carilah mizan karunia Allah, karena itulah yang paling sempurna dan terbaik. Allah berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka hendaknya mereka bergembira.” Dan itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Artinya, janganlah menuntut upah atas amalmu. Karena balasan amalmu disesuaikan dengan pekerjaanmu. Bila pekerjaanmu jelek, maka balasannya juga jelek. Pekerjaannya kurang, maka balasannya kurang. Tetapi carilah karunia dan rahmat Allah, karena itulah yang sempurna dari segala segi. Orang yang beramal karena mencari rahmat dan karunia Allah, maka kekurangan ibadahnya akan ditutupi dengan karunia dan rahmat Allah. Ibadah itu diterima berkat rahmat-Nya. Andai bukan karena rahmat dan karunia Allah, maka tidak satupun amal ibadah yang diterima oleh Allah.
Oleh karena itu tetaplah beramal dan laksanakan perintah-perintah Allah tanpa menoleh kepada pahala. Kita beramal dalam rangka melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba kepada Tuhannya. Walau amal kita banyak kekurangannya, Allah akan menerima amal itu dengan rahmat-Nya. Sebab, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal.
Allah Ta’ala berfirman:

أَنِّي لَا أُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ

“Sungguh Aku tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal dari kalian.” (QS. Ali Imran: 195)

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM