Menunda Amal adalah Kebodohan

 إِحَالَتُكَ الْأَعْمَالَ عَلَى وُجُوْدِ الْفَرَاغِ مِنْ رُعُوْنَاتِ النَّفْسِ

Penundaanmu untuk beramal karena menantikan kesempatan yang lebih baik suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.

 

SESEORANG yang sibuk dengan urusan dunia dan menunda-nunda mengerjakan amal yang baik disebabkan untuk kesibukan duniawinya itu dan menunggu waktu yang kosong, dan ia berkata “Kalau ada waktu kosong saya akan beramal shaleh,” maka ini termasuk dari kebodohan jiwanya dan bisa menghalangi orang itu dari beramal baik.

Kebodohannya itu disebabkan beberapa hal.

Pertama, orang ini mengutamakan dunia daripada akhirat. Seseorang yang sibuk mengerjakan pekerjaan duniawi dengan penuh semangat, tetapi tidak bersemangat melakukan amal akhirat, ia mengejar dunia mati-matian sehingga melupakan akhirat berarti orang itu mengutamakan dunia dari pada akhiratnya. Ini sebuah kebodohan. Ini bukan keadaan orang mukmin yang berakal dan menyalahi yang diminta oleh Allah dalam firman-Nya:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا  وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Bahkan kalian mengutamakan kehidupan dunia. Sedangkan akhirat lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 16-17)

Kesibukan mengejar dunia tidak ada habis-habisnya dan tidak akan ada puasnya. Nabi bersabda:

مَنْهُومَانِ لَا يَشْبَعَانِ: طَالِبُ عِلْمٍ، وَطَالِبُ دُنْيَا

Ada dua orang yang lapar yang tidak pernah kenyang. Pencari ilmu dan pengejar dunia. (HR. Ad-Darimi)

Boleh saja mengejar dunia, tetapi dalam mengejar akhirat harus lebih keras dan lebih bersemangat. Akhirat harus lebih diutamakan dari dunia.

 

Kedua, penundaannya terhadap mengerjakan amal ibadah sampai ada waktu kosong. Kadang-kadang ia tidak mendapat kesempatan untuk mengerjakan amal itu bahkan didahului oleh kematian atau kesibukannya semakin bertambah. Ia pikir ia panjang umur, padahal ajal itu bisa datang kapan saja. Ia berpikir bahwa kesibukannya terhadap dunia akan berkurang, malah semakin hari kesibukannya semakin bertambah banyak. Sebab kesibukan dunia selalu silih berganti. Selesai satu akan diikuti oleh kesibukan yang lain.

Mutanabbi bersyair:

فَمَا قَضَى أَحَدٌ مِنْهَا لُبَانَتَهُ  وَمَا انْتَهَى أَرَبٌ إِلَّا إِلَى أَرَبِ

Tidak ada seseorang yang bisa menyelesaikan hajatnya

Tidak selesai sebuah hajat kecuali pindah ke hajat yang lain

 

Ketiga, amal yang ia tunda itu tidak dapat ia lakukan karena niatnya bisa berubah, hasratnya untuk beramal menjadi lemah. Ini adalah kebodohan. Masih ditambah lagi dengan perasaan bisa melakukan ibadah itu dari dirinya.

Maka wajib bagimu untuk segera melakukan ketaatan dalam keadaan apapun. Jangan beralasan sibuk, itu sebuah kedunguan. Kalau tidak ada kesempatan, maka harus disempat-sempatkan. Sebab, kalau ditunda maka akan kehilangan pahala yang ada pada waktu itu. Waktu yang telah lewat tidak akan pernah kembali lagi. Gunakan kesempatan untuk mengerjakan ibadah sebelum datang kematian. Mintalah kepada Allah supaya diberi kemudahan dalam melakukan pekerjaan itu dan menghilangkan segala rintangan dalam melaksanakannya.

Dengan segera melakukan dan memohon pertolongan Allah, maka jadilah amal ibadah itu bisa dikerjakan. Salah satu doa untuk memohon pertolongan Allah untuk bisa melakukan ibadah adalah doa Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang diajarkan kepada sahabat Mu’adz dan sunnah dibaca setiap selesai shalat :

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku agar bisa berdzikir, bersyukur, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”

Aneh, ada orang yang tidak mau hadir di pengajian dengan alasan ia masih punya hutang. Sebaiknya ia tetap hadir di majlis taklim dengan niat Allah akan melunasi hutang-hutangnya. Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf dinasehati oleh ayahnya untuk tetap hadir di majlis taklim, walaupun dalam keadaan sakit. Ayahnya berkata, “Walau sakit, tetaplah hadir dan niatlah untuk mencari kesembuhan.” Beliau melaksanakan nasehat ayahnya dan mendapatkan obat di majlis taklim. Akhirnya, ia menjadi wali besar. Habib Ali Al-Habsyi berkata, “Rusaklah badanmu dengan beribadah sebelum ia rusak.”

Jangan menunggu waktu lowong atau sehat dalam melakukan sebuah ibadah. Karena banyak orang yang punya waktu lowong dan punya kesehatan, tetapi ia tertipu dan tidak melaksanakan amal ibadah. Mereka menganiaya diri sendiri karena tidak menggunakan kesehatan dan waktu luangnya untuk beribadah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua nikmat yang banyak orang tertipu di dalamnya. Kesehatan dan waktu luang.”

Sangat dungu sekali kalau orang yang sehat dan punya waktu luang, tetapi tidak menggunakannya untuk mengejar kemuliaan akhirat. Bukankah dunia tempat menanam dan panennya di akhirat.

Agar tidak terbiasa malas meninggalkan amal ibadah dan mendidik orang untuk bertanggung jawab, maka bila ketinggalan suatu amal ibadah, baik fardhu atau sunnah, hendaklah ia mengqadha’ amal ibadah itu di lain waktu. Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam disibukkan oleh tamu bani Qais dan tidak sempat melaksanankan shalat ba’diah Dhuhur, maka beliau mengqadha’nya setelah shalat Ashar. Nabi terus berusaha hari-harinya harus lebih baik dari hari sebelumnya.

Oleh karena itu, gunakanlah waktu dan kesempatanmu dengan sebaik-baiknya. Sebab waktu itu sangat berharga.

اَلْوَقْتُ نَفِيْسٌ فَلَا تُضَيِّعُوْهُ اِلَّا فِيْ نَفِيْسٍ

Waktu itu berharga maka janganlah engkau gunakan kecuali untuk hal yang berharga.

Segera lakukan amal kebaikan, jangan tunda sampai besok. Pujangga Arab berkata:

لَا تُؤَجِّلْ اِلَى الْغَدِ مَا يُمْكِنُكَ اَنْ تَعْمَلَهُ الْيَوْمَ

“Jangan kau tunda sampai besok pekerjaan yang bisa engkau lakukan hari ini.”

Imam Bukhari memiliki sebuah syair tentang kemuliaan waktu dan syair itu adalah satu-satunya syair yang dikarang oleh beliau:

اِغْـتَنِمْ فــِي الْفَرَاغِ فَضْلَ رُكُوْعٍ              فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ مَوْتُكَ بَغْتَةْ

كَمْ صَحِيْحٍ مَاتَ مِنْ غَيْرِ سُقْمٍ              ذَهَـبَتْ نَـفْـسُهُ الْعَزِيْـزَةُ فَلْتَةْ

Gunakan di waktu kosongmu untuk rukuk kepada Allah

Barangkali datang kematianmu dengan mendadak

Berapa banyak orang sehat mati tanpa sakit

Jiwanya melayang dengan tiba-tiba

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM