Keterlambatan Itu Darimu Bukan Dari-Nya

لَا تَسْتَبْطِئْ مِنْهُ النَّوَالُ وَلٰكِنْ اِسْتَبْطِئْ مِنْ نَفْسِكَ وُجُوْدَ اْلإِقْبَالِ

Janganlah engkau merasa Allah lambat memberi karunia, tetapi merasalah kelambatan itu dari dirimu karena kurang menghadap kepada-Nya.

 

BILA seorang murid telah lama berjuang, ber-riyadhah membersihkan hatinya, tetapi fatah (pembukaan dari Allah) tidak kunjung tiba, ia masih belum mendapatkan rahasia-rahasia dan belum terbuka baginya cahaya-cahaya, maka janganlah ia merasa dan menuduh bahwa Allah terlambat dalam memberi karunia-Nya. Akan tetapi, kelambatan itu datangnya dari orang itu sendiri, karena ia tidak betul-betul sepenuhnya menghadap kepada Allah.

Sebab, Allah itu Maha pemurah, penyabar dan belas kasih kepada hamba-Nya. Siapa yang mendekat kepada-Nya sejengkal, maka Allah akan mendekat kepada orang itu sehasta. Yang mendekat kepada-Nya sehasta, maka Allah akan mendekat kepadanya sedepa. Sedangkan orang yang datang kepadanya dengan berjalan, maka Allah mendatangi orang itu dengan berlari. Ini disebutkan dalam hadits Qudsi.

Jadi, Allah itu lebih pemurah daripada hamba-Nya. Allah lebih cepat mendatangi hamba-Nya itu daripada sang hamba kepada Allah. Oleh karena itu, kesalahan dalam kelambatan datangnya karunia Allah yang berupa anwar (cahaya) atau asrar (rahasia) itu adalah dari orang itu sendiri. Ini disebabkan karena ia tidak benar-benar menghadap sepenuhnya kepada Allah.

Seakan-akan dengan lisan hal – Allah berkata, “Tidak akan bisa sampai kepada-Ku orang yang di hatinya masih ada sisa kotoran (syahwat). Seandainya syahwat kesukaanmu kepada dunia itu engkau hilangkan dari hatimu, maka pasti hatimu akan memancarkan cahaya. Kalau engkau tidak bersuci dari janabah kelalaianmu, maka engkau tidak bisa masuk ke Masjid Hadirat-Ku”

Bisa jadi keterlambatan itu karena orang itu su’ul adab (kurang sopan) kepada Allah. I’tikad yang kurang kepada Allah dan merasa bahwa Allah terlambat dalam memberi adalah bentuk suul adab kepada-Nya.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM