Kalau Terbuka Jalan Mengenal Allah, Maka Jangan Peduli dengan Amal Sedikit

إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا أَنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ . أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْأَعْمَالُ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ وَأَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُورِدُهُ عَلَيْكَ

Apabila Allah membukakan bagimu suatu jalan untuk makrifat (mengenal Allah) maka jangan engkau peduli soal amalmu meskipun masih sedikit, sebab Allah tidak membukakan bagimu jalan melainkan Dia menghendaki untuk mengenalkan diri-Nya padamu. Tidakkah engkau mengetahui bahwa makrifat itu adalah karunia yang datang dari Allah untuk engkau, sedangkan amal perbuatanmu adalah hadiah darimu untuk Allah. Maka dimanakah letak perbandingan antara hadiahmu dengan pemberian karunia Allah padamu.

MAKRIFAT (mengenal Allah) adalah puncak keinginan dan harapan serta keuntungan. Jika Allah memberi jalan makrifat kepada hamba-Nya berarti Allah ingin mengenalkan diri-Nya pada hamba itu. Makrifat adalah semata-mata pemberian Allah, bukan sebab amal atau ilmu seseorang.
Karena itu, siapa yang diberi jalan untuk makrifat, maka itu termasuk kenikmatan yang besar baginya. Maka janganlah ia peduli dengan amalnya yang masih sedikit, apalagi amal yang sedikit itu kecampuran, cacat dan tidak ikhlas.
Contoh jalan Allah mengenalkan dirinya pada hamba adalah cobaan yang menimpa manusia, kekerasan dan kesulitan yang membuat keruh kehidupan orang itu. Dengan diberi bermacam-macam cobaan maka orang itu tidak bisa merasakan kenikmatan dunia dan merasa bosan dengan kehidupan dunia. Akhirnya ia condong kepada ibadah, berdzikir, istighfar, siap mati, rindu pada surga, cinta kepada Allah dan kemudian mengenal Allah.
Cobaan itu merupakan kenikmatan batin yang besar, walaupun hamba tidak menginginkannya. Allah mempunyai kehendak yang memaksa. Pilihan Allah pada hamba adalah yang terbaik. Jika ia sabar dan ridha, maka ia akan diberi fath oleh Allah.
Adalah kebiasaan Allah memberi cobaan dulu kepada hambaNya sebelum diberi kemuliaan. Cobaan datang menurut besarnya kedudukan orang tersebut seperti dalam hadits,

اَشَدُّكُمْ بَلَاءً اَلْأَنْبِيَاءُ فَالْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ

“Paling besar dari kalian cobaannya adalah para Nabi kemudian yang terbaik dibawahnya dan terbaik di bawahnya.”
Contohnya, Nabi Yusuf menderita sejak kecil, dibuang, dimasukkan sumur, dan akhirnya diambil oleh Zulaikha dan dipelihara sampai dituduh mengganggu istri raja, dipenjara tujuh tahun, tetapi akhirnya terbukti beliau yang benar. Akhirnya ia dikeluarkan dan dihormati dan menjadi Nabi dan raja yang memiliki kunci rezeki. Itu semua karena kesabaran beliau atas cobaan-cobaan yang menimpanya. Begitu pula para auliya dan ulama.
Kapan Allah ingin melipat jarak diantara diri-Nya dengan hamba-Nya, maka Allah menggiring kepadanya cobaan yang besar sehingga hamba itu bersih hatinya. Dengan demikian, maka ia patut dimasukkan ke hadirat Allah yang Maha Bersih bagaikan emas dan perak yang dibersihkan dengan api agar bersih dan layak untuk disimpan di perbendaharaan raja.
Ada yang mengatakan cobaan adalah hamparan hidangan Allah. Melalui jalan kemiskinan, kesakitan, dan gangguan, Allah memberikan banyak pemberian kepada hamba-Nya.
Oleh karena itu, para arif billah merasa gembira apabila ditimpa banyak musibah. Ada yang menyatakan bahwa cobaan-cobaan dianggap lailatul qadar. Sebab, dengan itu ia mendapatkan amal-amal batin yang mana satu biji sawi dari amal batin lebih utama dari bergunung-gunung amal badan. Sabar menghadapi musibah termasuk amal batin yang nilainya sangat tinggi dan tidak bisa dikejar dengan amal dhahir.
Ada yang mengucapkan syair :

إِذَا طَرَقَتْ بَابِيْ مِنَ الدَّهْرِ فَاقَةٌ         فَتَحْتُ لَهَا  بَابَ  الْمَسَرَّةِ   وَالْبِشْرِ
وَقُلْتُ لَهَا أَهْلاً وَسَهْلاً وَمَرْحَباً       فَوَقْتُكِ عِنْدِيْ أَحْظَى مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Kalau datang kemiskinan mengetuk pintu rumahku
Maka aku buka baginya pintu kesenangan dan kegembiraan
Aku katakan padanya selamat datang
Waktumu menurutku lebih beruntung dari lailatal Qadar.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM