Kalau Paham Allah, Pencegahan Berubah Menjadi Pemberian

مَتَى فَتَحَ لَكَ بَابَ الْفَهْمِ فِي الْمَنْعِ عَادَ الْمَنْعُ عَيْنَ الْعَطَاءِ

Apabila Allah membukakan pintu kepahaman tentang-Nya kepadamu, maka berubahlah tidak memberinya Allah menjadi suatu pemberian.

 

ARTI dari kata hikmah ini adalah, apabila engkau paham tentang Allah (Allah membukakan pintu pemahaman tentang-Nya, perbuatan-Nya dan sifat-sifat-Nya), engkau akan mengerti, bahwa apa yang diberikan-Nya padamu adalah merupakan rahmat dan kasih sayang-Nya kepadamu, walaupun pada dhohirnya tidak baik, yaitu berupa pencegahan-Nya dari permintaanmu.

Tidak adanya pemberian Allah itu adalah sesuatu kebaikan bagimu dan hakikatnya merupakan pemberian untukmu, karena Allah tahu seandainya permintaanmu diberikan, maka engkau akan melupakan Allah dan engkau akan binasa, Allah-lah yang Maha Mengetahui apa yang akan terjadi pada dirimu.

Bukan berarti Allah tidak memberi engkau karena kikir atau lemah, tidak mampu memberi. Tetapi, karena Allah sayang padamu dan ada sesuatu yang lebih baik dari permintaanmu itu, juga Allah ingin menyempurnakan kenikmatan-Nya kepadamu.

Adakalanya orang mendapatkan keuntungan dari arah kekerasan, kadang-kadang mendapatkan kekerasan dari arah keuntungan. Kadang-kadang pemberian itu tersembunyi di dalam bencana, juga kadang-kadang bencana tersembunyi di dalam pemberian. Adakalanya kita mendapatkan manfaat dari musuh. Sebaliknya kita mendapatkan gangguan dari teman dekat, bahkan dari saudara sendiri.

Oleh karena itu terimalah dengan ridha apa yang telah ditentukan oleh Allah, karena orang yang ridha itu hatinya akan selalu senang dan lapang dada. Dikatakan, ‘ridha adalah surga dunia (pintu gerbang untuk menuju surga).’

Sebagai contoh ada seorang anak kecil yang senang terhadap suatu makanan yang enak tetapi di dalamnya ada racun. Karena anak tersebut tidak tahu di dalamnya ada racun, maka dia menganggap makanan tersebut suatu barang yang enak yang harus ia makan. Tetapi sang bapak tahu bahwa makanan tersebut mengandung racun. Maka sang bapak berusaha terus menghalangi sang anak agar jangan sampai mengambil makanan tersebut. Sampai-sampai anak tersebut menangis dan memaksa agar mendapatkan makanan tersebut.

Seandainya sang anak tersebut tahu bahwa didalamnya ada racun tentu ia tidak akan memaksa untuk meminta makanan tersebut, sekalipun makanan tersebut enak. Ia akan menerima nasehat bapaknya.

Begitulah diri kita berada di dalam pangkuan (pengawasan) Allah seperti anak kecil didalam pangkuan bapaknya.

Ada seorang Arif yang tinggal di sebuah perkampungan di padang pasir yang biasanya didirikan oleh orang-orang Arab Badui untuk tempat tinggal sementara. Ia mempunyai keledai, ayam dan anjing yang berfungsi sebagai penjaga kampung.

Pada suatu hari ada orang memberitahukan kepadanya bahwa keledai beliau mati. Orang itu hanya tenang, lantas menjawab:

Baik !

عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا

Besoknya datang lagi seseorang mengabarkan tentang kematian ayam beliau. Beliau pun tetap tenang. Besok lusanya datang lagi orang mengabarkan bahwa anjing beliau mati, beliau pun menyambutnya dengan tenang. Akhirnya keluarga beliau pun marah.

“Kenapa kamu hanya diam saja padahal hartamu habis!” bentak mereka. Beliau pun hanya diam saja dan tetap tenang tanpa berkata apapun sambil ridha dan yakin bahwa yang ditentukan Allah adalah baik.

Pada keesokan harinya ada berita bahwa malam tadi kampung mereka dimasuki segerombolan perampok yang tak segan-segan menghabisi orang. Perampok tersebut apabila ingin memasuki suatu perkampungan, mereka biasanya memantau dulu, apabila ada suara binatang ternak maka berarti perkampungan tersebut ada penghuninya. Kebetulan malam tersebut tidak terdengar suara binatang ternak, padahal mereka sudah berniat akan merampok dan menghabisi semua penduduknya. Karena tidak terdengar suara binatang, mereka pun akhirnya mengurungkan niat, sehingga tidak jadi merampok perkampungan tersebut.

Inilah hikmahnya Allah mematikan binatang-binatang tersebut agar dia, keluarganya dan seluruh penduduk kampung tersebut selamat.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM