رُبَّمَا وَرَدَتِ الظُّلَمُ عَلَيْكَ لِيُعَرِّفَكَ قَدْرَ مَا مَنَّ بِهِ عَلَيْكَ
Adakalanya kegelapan-kegelapan tiba kepadamu untuk mengenalkanmu pada kebesaran nikmat Allah yang diberikan-Nya kepadamu.
HAMBA Allah yang masih belum mendapat hidayah itu hidup dalam kegelapan. Yaitu kegelapan dosa, maksiat, dan syahwat. Sehingga mereka melakukan segala kejahatan. Setelah mendapat taufiq dan hidayah, maka kehidupan mereka berada dalam alam cahaya.
Orang yang berada dalam lumpur dosa dan kegelapan maksiat lalu diubah oleh Allah dalam sekejap menjadi orang yang bertaubat dan taat kepada-Nya akan tahu besarnya nilai nikmat hidayah dan taufiq yang semata-mata datang dari Allah tersebut. Ia akan tambah bersyukur dan cinta kepada Allah. Sebab, adakalanya nilai sesuatu itu tidak bisa dirasakan kecuali setelah merasakan lawannya.
Penyair menyatakan:
وَبِضِدِّدِهَا تَتَبَيَّنُ الْأَشْيَاءُ
“Dengan lawannya segala sesuatu itu menjadi jelas.”
Orang tidak tahu nilai kenikmatan kecuali setelah ia merasakan kesengsaraan. Nikmat berupa mahabbah tidak terasa, kecuali setelah putus cinta. Orang tidak mengetahui anugerah kekayaan, kecuali setelah ia merasakan kemiskinan. Nikmat sehat tidak tampak, kecuali setelah merasakan sakit.
Kata pepatah,
الصِّحَّةُ تَاجٌ عَلَى رُؤُوْسِ الْأَصِحَّاءِ لَا يَرَاهُ اِلَّا الْمَرْضَى
“Kesehatan adalah mahkota di kepala orang sehat yang tidak terlihat kecuali oleh orang yang sakit.”
Begitu pula halnya dengan nikmat tauflq dan hidayah akan tampak nilainya bagi orang yang pernah terjerumus dalam kegelapan maksiat.
Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.