Dekat Allah, Bahagia. Berpaling dari Allah, Susah.

النَّعِيْمُ وَاِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ اِنَّمَا هُوَ بِشُهُوْدِهِ وَاقْتِرَابِهِ, وَالْعَذَابُ وَاِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ اِنَّمَا هُوَ بِوُجُوْدِ حِجَابِهِ. فَسَبَبُ الْعَذَابِ وُجُوْدُ الْحِجَابِ وَاِتْمَامُ النَّعِيْمِ بِالنَّظَرِ اِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ

Kenikmatan itu, meskipun bermacam-macam bentuknya, sesungguhnya hanya disebabkan oleh melihat Allah dan dekat kepada Allah. Demikian pula azab, meskipun bermacam-macam bentuknya, sesungguhnya hanya karena ada hijab dari Allah. Maka sebab azab itu karena adanya hijab. Dan kesempurnaan kenikmatan itu adalah dengan memandang Dzat Allah yang mulia.

 

BERMACAM kenikmatan dari pahala yang disediakan oleh Allah di akhirat yang berupa bidadari, gedung-gedung tinggi, wildan (anak-anak pelayan di surga), makanan dan minuman lezat dan segala bentuk kenikmatan yang lain itu semua dikarenakan bisa melihat dan dekat dengan Allah.

Begitu Juga di dunia, kenikmatan yang hakiki di dunia ialah yang dirasakan oleh orang-orang yang syuhud dan dekat kepada Allah. Mereka yang merasa kaya dengan Allah dan hanya bersandar kepada Allah akan merasakan kenikmatan, kebahagiaan dan ketentraman hati di dunia ini.

Kenikmatan yang dirasakan itu akan terus bersambung sampai ke akhirat. Sedangkan kenikmatan terbesar dan puncak dari segala kenikmatan adalah bisa memandang Dzat Allah Yang Maha Mulia. Sebuah kenikmatan yang melupakan segala kenikmatan surga yang lain.

Berbagai macam bentuk azab dan siksa di akhirat seperti neraka jahim, hamim (minuman berupa air mendidih), rantai dan belenggu, sengatan ular dan kalajengking serta macam-macam siksa yang menyakitkan itu semua disebabkan karena terhijab (terhalang) dari Allah.

Begitu pula siksaan di dunia ini. Adanya bermacam kesusahan dan kesedihan di dunia ini dikarenakan adanya hijab dengan Allah. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan dengan Allah dan tidak menuruti tuntunan dan ajaran Allah, maka hidupnya akan ditimpa oleh bermacam kesusahan dan kesialan.

Kesimpulannya, kebahagiaan dan kesusahan itu tergantung kepada hubungan orang itu dengan Allah. Bahagia, kalau ia selalu berhubungan dengan Allah. Susah dan menderita, kalau ia berpaling dari Allah.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM