Cahaya Adalah Penerang Hati, Mata Hati Menentukan, Hati Melaksanakan

اَلنُّوْرُ لَهُ الْكَشْفُ وَالْبَصِيْرَةُ لَهَا الْحُكْمُ, وَالْقَلْبُ لَهُ الْإِقْبَالُ وَالْإِدْبَارُ

Cahaya adalah yang menerangi. Mata hati yang menentukan. Dan hati yang melaksanakan atau yang menolak.

 

CAHAYA, mata hati, dan hati punya tugas masing-masing. Cahaya bertugas menerangi, mata hati menentukan, hati melaksanakan atau menolak.

Cahaya itu biasa menerangi segala hal. Sehingga dengan cahaya akan tampak sesuatu yang bagus dari yang jelek. Dengan cahaya bisa dibedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Mata hati yang menentukan sesuatu yang bagus karena bagusnya, dan menentukan yang jelek karena jeleknya.

Sedangkan hati yang melaksanakan atau meninggalkan. Maksudnya, hati menerima sesuatu yang sudah jelas bagusnya dan menolak sesuatu yang sudah jelas jeleknya. Hati menerima yang bermanfaat dan menolak yang bermudharat.

Seseorang yang hatinya gelap diumpamakan seperti seseorang yang masuk ke rumah yang gelap tidak ada penerangnya yang di situ ada kalajengking, ular, batangan emas dan perak. Dia tidak mengerti mana yang harus diambil dan mana yang harus ditinggalkan, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Maka jika dia masuk maka akan berbahaya baginya.

Begitu juga hati yang tidak ada cahayanya, yaitu hati orang mukmin yang bermaksiat, dia tidak dapat membedakan antara pahitnya maksiat dan manisnya taat. Orang yang selalu berbuat maksiat dan banyak dosa hatinya akan gelap. Hati yang gelap ibarat cermin yang kotor. Ia tidak bisa digunakan untuk melihat dirinya. Ia tidak bisa membedakan baik dan buruknya sesuatu. Oleh sebab itu, orang yang hatinya sudah penuh kegelapan tidak akan mau menerima nasihat dari orang lain.

Kalau ia masuk ke rumah itu dengan membawa penerangan cahaya maka akan tampak baginya apa isi dalam rumah itu. Ada yang berbahaya ada yang berguna. Yang berbahaya, seperti kalajengking dan ular, ia hindari. Sementara yang bermanfaat, seperti emas dan perak, ia ambil. Begitulah perumpamaan hati yang memiliki cahaya ketakwaan pada Allah. Hati tersebut pasti bisa membedakan yang bermanfaat dan yang berbahaya, yang hak dan yang batil.

Untuk mendapat cahaya di hati maka perlu memperbanyak wirid dengan istiqomah, seperti dzikir, istighfar, baca Al-Qur’an dan amal taat lainnya. Sedangkan macam dan tingkatan cahaya itu ada tiga seperti yang dijelaskan dalam kata hikmah sebelumnya. Ketiganya yaitu Nur Hidayah, Nur Inayah dan Nur Makrifah (Nur Wishol). Bisa juga disebut dengan Cahaya Islam, Cahaya Iman, dan Cahaya Ihsan. Dan bisa juga disebut Cahaya Syariah, Cahaya Thariqah dan Cahaya Haqiqah. Walaupun lain sebutannya tetapi maksudnya sama yaitu ketiga cahaya tersebut.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM