Orang Mukmin, Malu Ketika Dipuji

الْمُؤْمِنُ اِذَا مُدِحَ اسْتَحْيَا مِنَ اللهِ اَنْ يُثْنَى عَلَيْهِ بِوَصْفٍ لَا يَشْهَدُهُ مِنْ نَفْسِهِ

Orang mukmin, jika dipuji, ia malu kepada Allah karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ada pada dirinya.

 

ORANG mukmin hakiki (yang sesungguhnya) merasa bahwa dalam dirinya tidak ada sifat yang pantas untuk dipuji. Kalau ada seseorang yang memuji dirinya, maka ia merasa malu kepada Allah. Sebab, sifat yang dipuji manusia padanya itu tidak ia punyai. Ia menyaksikan bahwa semua itu dari Allah yang menutupi kejelekan dan menampakkan kebaikan dirinya. Bahkan, sebagai wujud rasa malu itu, ia berbalik mencela dan menghina dirinya.

Sikap “malu ketika dipuji” yang dilakukan seorang mukmin ini merupakan bentuk syukur kepada Allah.

Lalu, bila ada seseorang berbuat sebuah kebaikan dengan ikhlas, kemudian ia dipuji orang, maka ketahuilah bahwa pujian itu semata-mata kenikmatan yang datang dari Allah. Bukan dari usaha dirinya. Pujian tersebut tidak berbahaya kepada dirinya, asalkan ia berbuat kebaikan itu dengan ikhlas.

Hal ini disinggung dalam hadits Rasul Shallallahu alaihi Wasallam berikut ini:

عَنْ اَبِي ذَرٍّ قَالَ : قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ : أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يَعْمَلُ الْعَمَلَ مِنَ الْخَيْرِ وَيَحْمَدُهُ النَّاسُ عَلَيْهِ ؟ قَالَ : تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ

“Dari Abu Dzar, ia bercerita bahwa Rasulullah pernah ditanya: “Bagaimana pendapatmu bila seseorang beramal kebajikan lalu ia dipuji-puji orang?” Rasul menjawab: “Itu adalah kabar gembira yang dipercepat untuk orang mukmin.” (HR. Muslim)

Al-Qur’an juga mengisyaratkan hal ini.

لَهُمُ الْبُشْرَى فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الْأَخِرَةِ

“Mereka (orang beriman dan bertakwa) mendapat kabar gembira di kehidupan dunia dan di akhirat. ” (QS. Yunus: 64)

Kabar gembira yang mereka dapat di dunia adalah pujian orang atas amal kebaikan yang mereka lakukan. Allah mensyukuri mereka dengan melepas lidah manusia untuk memuji mereka sebagai tanda atas diterimanya amal mereka di sisi Allah. Sedangkan di akhirat mereka akan mendapat kabar gembira berupa surga. Dalam hadits juga disebutkan bahwa apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah menyuruh Jibril untuk mencintai orang itu. Penduduk langit juga akan mencintainya. Penghuni bumipun akan menerimanya dengan rasa cinta.

Walhasil, pujian manusia tidak berbahaya asalkan amal itu dilakukan dengan tulus dan ikhlas kepada Allah.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM