Keluarlah dari Sifat Basyariyah (Manusiawi) agar Bisa Sambut Panggilan-Nya

أُخْرُجْ مِنْ أَوْصَافِ بَشَرِيَّتِكَ عَنْ كُلِّ وَصْفٍ مُنَاقِضٍ لِعُبُوْدِيَّتِكَ لِتَكُوْنَ لِنِدَاءِ الْحَقِّ مُجِيْبًا وَمِنْ حَضْرَتِهِ قَرِيْبًا

Keluarlah dari sifat basyariahmu dari setiap sifat yang menyalahi ubudiahmu supaya mudah bagimu untuk menyambut panggilan Allah dan mendekat kepada-Nya.

 

SIFAT-SIFAT basyariah yang menyangkut agama ada dua macam. Pertama, yang menyangkut dhahir atau anggota badan, yaitu amal. Yang kedua, yang menyangkut batin atau hati.

Yang menyangkut dhahir atau anggota badan terbagi dua. Pertama yang sesuai dengan perintah disebut dengan taat. Kedua yang menyalahi perintah disebut dengan maksiat.

Sedangkan yang berkaitan dengan batin atau hati juga terbagi dua. Pertama, yang sesuai dengan hakikat kebenaran dinamakan iman dan ilmu. Kedua, yang menyalahi kebenaran disebut dengan kemunafikan dan kebodohan.

Artinya, orang yang ingin mencapai kedudukan dekat ke hadirat Allah dan makrifat kepadanya maka ia harus ber-takholli, membersihkan dhahir dan batinnya. Perilakunya dan hatinya harus bersih dari sifat-sifat menyalahi ubudiah. Yaitu sifat-sifat yang tercela yang menghijab dirinya dari Allah.

Sifat-sifat tercela itu banyak, seperti kesombongan, bangga dengan amal, riya’ (ingin dilihat orang), sum’ah (ingin didengar orang), dengki, iri, sangat cinta kepada harta dan gila pangkat.

Timbul dari sifat-sifat tadi cabang-cabangnya yang jelek seperti permusuhan, kebencian, merendahkan diri kepada orang kaya, menghina fakir miskin, kurang percaya dengan jaminan Allah tentang rezeki, takut jatuh kedudukannya di depan manusia, kikir, angan-angan panjang, bangga-banggaan, plin-plan, berpura-pura, keras hati, kejam, sempit dada, kurang kasih sayang, hilang rasa malu, tidak qanaah, suka kedudukan, cari ketinggian, membela diri bila dihina orang, dan sifat tercela lainnya.

Semua sifat tercela itu harus dikeluarkan dari hati orang yang ingin sampai kepada Allah. Akhlak-akhlak syaitan dan binatang itu harus dilepas dari dirinya. Kemudian ia ber-tahalli, memakai akhlak orang beriman dan akhlak malaikat seperti tawadhu’, belas kasih, suka fakir miskin, ikhlas dan sifat terpuji lainnya.

Kalau si murid bisa terlepas dari sifat tercela dan menggantinya dengan sifat terpuji lalu memakainya dengan menghayatinya, maka di saat itu ia menjadi hamba Allah yang sejati. Di saat itu ia sanggup menjawab panggilan Allah. Ia bisa mendekat kepada hadirat Allah dan sampai kepada Allah.

Seseorang yang berlumuran dengan kotoran sifat-sifat tercela tidak akan sampai ke hadirat Allah yang suci. Setelah sampai di hadirat qudsiah, maka orang itu menjadi suci. Sifatnya bukan basyariah (manusia) lagi, tetapi menjadi malakutiah (malaikat).

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM