Kehinaan yang Tidak Berujung Kemuliaan yang Tidak Ada Batas

لَا نِهَايَةَ لِمَذَامِّكَ إِنْ أَرْجَعَكَ إِلَيْكَ, وَلَا تَفْرُغُ مَدَائِحُكَ إِنْ أَظْهَرَ جُوْدَهُ عَلَيْكَ

Tidak ada habis-habisnya kehinaanmu jika Allah mengembalikan perbuatan dan usahamu kepada dirimu sendiri. Tidak ada habis habisnya pujian untukmu (kebaikanmu) jika Allah menampakkan kemurahan-Nya padamu.

JIKA Allah menghendaki kehinaan kepada hamba-Nya, maka Allah menyerahkan dan mengembalikan segala urusan dan keinginannya kepada dirinya sendiri. Orang seperti ini akan dikuasai hawa nafsu dan keinginannya. Apabila ia sudah dikuasai hawa nafsunya, maka matanya menjadi buta dan telinganya menjadi tuli. Sehingga kehidupannya menjadi sulit dan mudah terjerumus ke dalam bahaya dan lembah kehancuran. Dan tidak akan habis-habisnya kehinaan akan menimpa dirinya. Hamba seperti inilah yang dinamakan dengan abdun makhdzùl (hamba yang tidak diurus oleh Allah).
Seorang penyair mengatakan:

تَرْكٌ يَوْمًا نَفْسَكَ وَهَوَاهَا سَعْيٌ لَهَا فِى رَدَاهَا

Sehari saja engkau dan keinginanmu ditinggalkan (tidak diurus oleh Allah ),
maka itu sama halnya dengan usaha untuk membinasakan engkau.
Kata hawa berasal dari kata hawan yang berarti kehinaan. Sebab mengikuti hawa nafsu adalah merupakan suatu kehinaan.
Al-Bur’i rahimahullah mengatakan:

لَا تَتْبَعِ النَّفْسَ فِى هَوَاهَا إِنَّ اتِّبَاعَ الْهَوَى هَوَانُ

Janganlah engkau mengikuti keinginan hawa nafsu,
karena mengikuti keinginan hawa nafsu itu adalah suatu kehinaan.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan menampakkan kemurahan-Nya dan karunia-Nya dengan mengurusi, menjaga dan selalu memperhatikannya.

وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِيْنَ

“Dan Dialah yang mengurus orang-orang yang sholeh.” (QS. Al-A’raf: 196)
Penyair mengatakan:

وَإِذَا الْعِنَايَةُ لَاحَظَتْكَ عُيُوْنُهَا نَمْ فَالْمَخَاوِفُ كُلُّهُنَّ أَمَانُ

Apabila inayah (perhatian dari Allah) sudah melirikkan matanya kepadamu,
maka tidurlah karena semua yang engkau takuti sudah menjadi aman.
Maka tidak akan habis kebaikan untuk dirinya.
Dan Allah tidak akan membiarkannya bersama hawa nafsunya, walaupun hanya sekejap mata. Sehingga walaupun ia berbuat kekeliruan, ia akan cepat untuk kembali kepada Allah dan meminta ampun. Hamba seperti inilah yang dinamakan dengan abdun muwaffaq (hamba yang dibimbing oleh Allah).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam doanya mengatakan:

وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ

“Ya Allah janganlah Engkau serahkan (urusan) diriku kepada diriku sendiri (tanpa Engkau urus) walaupun hanya sekejap mata. Dan baguskanlah segala urusanku semuanya.” (HR. An-Nasa’i dalam al-Yaum wal Lailah dan al-Hakim dari hadits Anas)
Dalam hadits lain Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah berdoa:

إِنْ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ تَكِلْنِيْ إِلَى ضَعْفٍ وَعَوْرَةٍ وَذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ وَإِنِّيْ لَا أَثِقُ إِلَّا بِرَحْمَتِكَ

“Ya Allah jika Engkau menyerahkan (urusan) diriku kepada diriku sendiri, maka Engkau menyerahkan aku kepada kelemahan, aurat, dosa dan kesalahan. Dan sesungguhnya aku tidak bersandar kecuali kepada rahmat-Mu.” (Lihat Iqadhul Himam)

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM