Hati Susah, Karena Belum Melihat Allah

مَا تَجِدُهُ الْقُلُوْبُ مِنَ الْهُمُوْمِ وَالْأَحْزَانِ فَلِأَجْلِ مَا مُنِعَتْ مِنْ وُجُوْدِ الْعِيَانِ

Apa yang dirasakan oleh hati dari berbagai macam kesusahan dan kesedihan itu karena hati itu masih tertahan belum melihat Allah.

 

ADANYA kesusahan dan kesedihan baik di dunia atau di akhirat itu semua dikarenakan orangnya selalu melihat pada dirinya sendiri (tidak melihat Allah) dan masih menggantung bersama nafsunya (tidak menggantung dengan Allah). Inilah yang mencegah seorang hamba dari mendapatkan Allah.

Seandainya ia lupa dari dirinya dan segala keinginannya pergi dari dirinya maka ia akan mendapatkan Allah. Kalau ia sudah mendapatkan Allah maka ia tidak pernah susah lagi. Kebahagiaan orang itu akan terus sambung menyambung langgeng selamanya. Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللهَ مَعَنَا

“Janganlah sedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah : 40)

Kalimat di atas diucapkan oleh Rasulullah kepada Abu Bakar di gua Tsur ketika orang musyrikin mengejar keduanya dan mereka telah sampai di dekat gua tersebut.

“Ya Rasulallah, andai orang itu melihat ke bawah, maka ia akan melihat kita,” ucap Abu Bakar kepada Nabi.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

يَا اَبَا بَكْرٍ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا

“Wahai Abu Bakar, apa dugaanmu dengan dua orang yang mana Allah adalah yang ketiga.”

Abu Bakar As-Shiddiq merasa khawatir dan susah dengan keberadaan orang-orang musyrik itu. Tetapi Rasulullah tidak sedih dan susah sedikitpun. Sebab, Rasulullah dalam maqam iyan (melihat Allah selalu bersamanya). Sedangkan Abu Bakar As-Shiddiq masih dalam tingkatan yaqin, belum ke maqam syuhud (melihat Allah). Maka Rasulullah mengajari Abu Bakar agar bisa naik ke maqam yang lebih tinggi. Sebab, Syuhud atau Iyan itu di atas yaqin, sebagaimana kata penyair:

كَبُرَ الْعِيَانُ عَلَيَّ حَتَّى كَأَنَّهُ     صَارَ الْيَقِيْنُ مِنَ الْعِيَانِ تَوَهُّمًا

Begitu besar maqam iyan itu kepadaku

Sehingga dibanding dengan maqam yaqin, maka keyakinan itu menjadi keraguan

Asy-Syibli berkata: “Siapa yang mengenal Allah maka ia tidak akan merasakan duka cita selamanya.”

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM