Faedah-Faedah Shalat Yang Dilakukan Dengan Khusyuk

الصَّلَاةُ طُهْرَةٌ لِلْقُلُوْبِ

Sholat itu pensuci hati dari kotoran dosa

DIRIWAYATKAN bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :

اِنَّمَا مَثَلُ الصَّلَاة ِكَمَثَلِ نَهْرٍ غَمْرٍ عَذْبٍ بِبَابِ اَحَدِكُمْ يَقْتَحِمُ فِيْهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ فَمَا تَرَوْنَ ذٰلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ

“Sesungguhnya perumpamaan shalat itu adalah seperti perumpamaan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang dari kalian. Dia mandi dari sungai itu setiap hari lima kali. Bagaimana pendapat kalian, apakah orang yang mandi itu masih tersisa kotoran darinya ?”
Para sahabat menjawab:

لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ

“Tidak sedikitpun tersisa dari kotorannya.”
Nabi mengatakan:

فَذٰلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا

“Demikianlah shalat lima waktu akan menghapus semua dosa.” (HR. Bukhari-Muslim)

وَاسْتِفْتَاحٌ لِبَابِ الْغُيُوْبِ

Shalat itu pembuka pintu gaib.

Shalat yang dapat membukakan pintu ghaib adalah shalat yang diterima oleh Allah yang dilaksanakan dengan secara sempurna. Sebab, salah satu faedah shalat adalah membersihkan hati, sebagaimana disebut dalam kata hikmah sebelumnya.
Dan apabila hati itu sudah bersih maka akan terbukalah segala hijab dan hati itu akan dapat melihat rahasia-rahasia Allah.

Contoh dari hati yang bersih
Diceritakan bahwa al-Imam Ramli pernah ditanya seseorang. Kemudian beliau menoleh ke arah kanan dan ke kiri. Kemudian beliau menundukkan kepala beliau. Tak lama setelah itu beliau memberikan jawaban kepada orang yang bertanya kepada beliau tersebut. Melihat hal itu orang tersebut bertanya lagi kepada beliau: “Wahai imam, mengapa ketika saya bertanya kepada engkau. Engkau menoleh ke kanan dan ke kiri. Kemudian engkau menundukkan kepala ?” Imam Ramli menjawab: “Ketika saya menoleh ke kanan saya bertanya kepada malaikat yang berada di sebelah kanan dan ia tidak menjawab. Dan ketika saya menoleh ke kiri, saya pun bertanya kepada malaikat di sebelah kiri dan ia pun tidak menjawab. Maka saya menoleh ke hatiku, kemudian hatiku memberikanjawaban itu dari Tuhannya.”

الصَّلَاةُ مَحَلُّ الْمُنَاجَاةِ

Shalat itu adalah tempat bermunajat.

Shalat itu menjadi tempat untuk bermunajat sebab di dalam shalat itu terdapat pujian, doa dan mukhatabah (berdialog) antara seorang hamba dan Allah subhanahu wa ta ‘ala.

وَمَعْدِنُ الْمُصَافَاةِ

Shalat itu adalah tempat sumber kejernihan.

Dengan shalat hati akan mendapatkan kejernihan dari berbagai kotoran (urusan-urusan selain Allah), sehingga menjadi putih bersih dan akan dapat melihat Allah. Dan apabila hati sudah bersih dan tidak dikeruhkan dengan urusan-urusan dunia dan yang selain Allah, maka hati itu akan dapat “terus berhubungan dan tenggelam” dalam mengingat Allah. Sehingga dalam keadaan seperti itu hati akan dapat “melihat” Allah dan melupakan dirinya karena adanya Allah.
Diceritakan bahwa Umar bin Khattab radhiyallahu anhu menjelang akhir umur, beliau tenggelam dalam mengingat Allah sehingga ketika beliau melakukan shalat, beliau didampingi seseorang yang bertugas untuk menuntunnya dalam melakukan gerakan-gerakan shalat.

تَتَّسِعُ فِيْهَا مَيَادِيْنُ الْأَسْرَارِ

Leluasa dalam shalat itu datangnya berbagai rahasia Tuhan.

وَتُشْرِقُ فِيْهَا شَوَارِقُ الْأَنْوَارِ

Terbit dalam shalat itu cahaya-cahaya ma’rifat.

Dalam hadits disebutkan:

الصَّلَاةُ نُوْرٌ

“Shalat itu adalah cahaya.” (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Dengan shalat, cahaya-cahaya makrifat akan terbit sehingga di hati itu akan akan terbit cahaya di atas cahaya.
Faedah-faedah shalat yang tersebut di atas tidak akan didapat kecuali dengan melakukan shalat dengan khusyuk dan sempurna.
Shalat yang khusyuk adalah shalat yang dilakukan hanya ingat kepada Allah tanpa mengingat yang lain. Firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Qur’an :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِيْ

“Tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14)
Seorang hamba jika berdiri untuk melakukan shalat, maka Allah membukakan hijab antara dia dan Allah. Dan para malaikat berdiri di antara dua bahunya sampai ke langit. Para malaikat tersebut menirukan shalatnya dan meng-aminkan doanya.
Oleh karena itu seorang makmun yang ucapan aminnya bertepatan dengan ucapan amin malaikat, maka diampuni dosa-dosanya yang lalu. Supaya ucapan amin makmum bertepatan dengan amin malaikat, maka hendaklah ia mengucapkan amin bertepatan dengan ucapan amin imam.
Dalam hadits disebutkan:

اِذَا أَمَنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوْا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Apabila imam mengucapkan amin maka ucapkanlah amin. Karena siapa yang aminnya bertepatan dengan aminnya malaikat, maka diampuni dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari Muslim)
Seorang hamba yang shalat, ditaburi rahmat Allah dari ujung langit sampai ubun-ubun kepalanya. Dan ada suara yang memanggilnya: “Andaikan orang yang shalat itu mengetahui siapa yang mengajaknya bicara, niscaya ia tidak akan memutus shalatnya dan akan terus melakukan shalat.”
Pintu-pintu langit pun dibukakan untuk orang yang shalat. Allah membanggakan barisan-barisan shalat di hadapan para malaikat-Nya.
Dalam kitab Taurat disebutkan: “Hai anak Adam! Janganlah engkau malas untuk berdiri melakukan shalat menghadap kepada-Ku dalam keadaan menangis (khusyuk). Aku adalah Allah yang dekat di hatimu dan dalam ghaib engkau melihat cahaya-Ku.”
Muhammad bin Ali at-Turmudzi mengatakan: “Allah subhanahu wa ta’ala memanggil orang-orang yang bertauhid untuk melakukan shalat lima waktu sebagai rahmat dan kasih sayang kepada mereka. Dan Allah menyediakan untuk mereka bermacam-macam hidangan. Karena di setiap perbuatan shalat yang dilakukan hamba itu ia akan mendapatkan pemberian dari Allah. Gerakan shalat itu seperti makanan. Ucapannya seperti minuman. Shalat itu adalah walimahnya orang-orang yang bertauhid yang Allah sediakan untuk orang-orang yang dirahmati-Nya setiap hari lima kali. Sehingga tidak tersisa dari mereka kotoran-kotoran aghyar (apa-apa yang selain Allah).”

Di setiap memulai masuk dalam shalat dengan melafadzkan Allahu akbar, maka hendaknya hati hanya mengingat Allah Yang Maha Besar dalam keadaan khusyu’.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM