Didapat Dengan Menderita, Bukan Dengan Shalat Dan Berpuasa

رُبَّمَا وَجَدْتَ مِنَ الْمَزِيْدِ فِى الْفَاقَاتِ مَا لَا تَجِدُهُ فِى الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ

Mungkin engkau mendapatkan kelebihan karunia Allah pada saat-saat ujian, yang tidak engkau dapatkan dengan berpuasa atau sholat.

 

DI dalam kesedihan, cobaan dan penderitaan ada rahasia-rahasia kelembutan Allah yang tidak dimengerti kecuali oleh orang-orang yang punya mata hati yang tajam dan mengerti kebijaksanaan Allah.

Datangnya bala dan cobaan yang menyedihkan kepada seorang hamba dapat mendatangkan tambahan-tambahan karunia Allah yang tidak didapatkan dengan berpuasa atau sholat.

Di antaranya, cobaan yang datang itu bisa menjadikan hati seseorang bersih dan batinnya menjadi suci. Hati yang galak menjadi lunak. Kesombongan berubah menjadi rendah hati. Dan hati yang bersih akan menerima pemberian-pemberian dari Allah.

Datangnya bala dan kesedihan juga bisa menghinakan hawa nafsu, melupakan keinginan nafsu dan merasa rendah diri. Pada saat itulah, seorang hamba mendapatkan kemenangan dari hawa nafsunya. Ia merasa hina. Tak ada yang bisa diharapkan dari dirinya. Ia hanya bersandar kepada Allah. Di waktu dalam kehinaan inilah datang kemenangan.

Allah berfirman:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ

“Dan Allah telah memberi kemenangan kepada kalian dalam perang Badar sedangkan kalian (ketika itu) dalam keadaan hina.” (QS. Ali Imran : 123)

Sebaliknya, kebanggaan terhadap kekuatan diri sendiri menyebabkan kekalahan seperti yang terjadi pada orang Islam ketika perang Hunain.

Dengan dilanda berbagai cobaan dan kesulitan, Allah menguji seorang hamba-Nya. Kalau ia sabar dan ridho, maka ia menjadi seorang mukmin yang sejati, seperti emas yang ditempa dengan api untuk menghasilkan emas yang murni. Dalam suatu khabar disebutkan bahwa Allah berkata kepada hamba-Nya:

سَبَكْتُكَ بِالْفَاقَةِ لِتَكُوْنَ ذَهَبًا

“Aku sepuh engkau dengan Alfaqoh (kemiskinan) agar engkau menjadi emas. ”

Pertanyaannya, kenapa karunia-karunia yang besar itu tidak bisa didapat dengan puasa dan shalat dan malah diperoleh dengan datangnya ujian dan cobaan. Sebab, ibadah seperti puasa dan shalat itu bisa tercemar riya’ atau ujub. Atau dengan kata lain, dalam ibadah-ibadah itu ada bagian hawa nafsu. Sedangkan dalam datangnya kesusahan itu bersih dari bagian hawa nafsu. Saat-saat ujian itu seorang hamba itu menjadi rendah diri dan murni berubudiah kepada Allah. Ia pasrah penuh kepada Allah.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM