Tidak Ridho Dengan Ilmu Allah Adalah Musibah Terparah

مَتَى أٰلَمَكَ عَدَمُ اِقْبَالِ النَّاسِ عَلَيْكَ اَوْ تَوَجُّهُهُمْ بِالذَّمِّ اِلَيْكَ فَارْجِعْ اِلَى عِلْمِ اللهِ فِيْكَ فَإِنْ كَانَ لَا يُقْنِعُكَ عِلْمُهُ فِيْكَ فَمُصِيْبَتُكَ بِعَدَمِ قَنَاعَتِكَ بِعِلْمِهِ أَشَدُّ مِنْ مُصِيْبَتِكَ بِوُجُوْدِ الْأَذَى مِنْهُمْ

Apabila menghadapnya manusia kepadamu dan celaan mereka kepadamu menyakitkan hatimu, maka kembalilah mengoreksi kepada apa yang diketahui Allah dari perbuatanmu. jika tidak memuaskan kamu apa yang diketahui-Nya padamu, maka musibahmu karena tidak puas dengan ilmunya Allah itu lebih besar daripada musibahmu disebabkan gangguan sesama manusia.

 

SEHARUSNYA seorang hamba itu hanya memperhatikan ridho dan murka Allah. Tidak senang kecuali bila diridhai Allah. Tidak sedih kecuali ketika dimurkai Allah. Yang terpenting baginya keridhoan Allah. Ia tidak peduli terhadap ridho, pujian ataupun cacian dan celaan manusia. Sebab, manusia tidak bisa menguntungkan dirinya dari Allah sedikitpun.

Para Nabi dan Rasul, bahkan malaikat dan Allah pun, Tuhan pencipta, tidak ada yang luput dari cacian manusia. Cukuplah mereka sebagai contoh. Ada manusia yang mengatakan malaikat itu perempuan, tidak jantan. Adapula yang menyatakan bahwa Allah itu faqir dan mereka yang kaya. Maha suci Allah dari semua itu.

Apabila berpalingnya manusia dan celaan mereka menyakitkan hatinya maka kembalilah ia mengoreksi apa yang sebenarnya antara dirinya dan Tuhannya. Cukuplah ilmu dan ridho Allah baginya. Yang penting hubungannya dengan Allah jernih, jangan pedulikan manusia, seperti dicontohkan oleh sikap Rabi’ah Al-Adawiyah dan Ibrahim At-Taimi. Rabi’ah Al-Adawiyah berkata:

فَلَيْتَكَ تَحْلُوْ وَالْحَيَاةُ مَرِيْرَةٌ    وَلَيْتَكَ تَرْضَى وَالْأَنَامُ غِضَابٌ

وَلَيْتَ الَّذِى بَيْنِي وَبَيْنَكَ عَامِرٌ  وَبَيْنِيْ وَبَيْنَ الْعَالَمِيْنَ خَرَابٌ

Andai Engkau manis padaku ketika kehidupan ini pahit

Andai Engkau ridho ketika semua manusia marah

Andai hubunganku dengan-Mu makmur,

Ketika hubunganku dengan seluruh alam ini hancur

lbrahim At-Taimi bertanya kepada salah satu muridnya, “Bagaimana pendapat orang-orang mengenai diriku?”

“Mereka berkata bahwa engkau adalah orang yang riya’ (pamer amal),” jawab sang murid.

“Sekarang, nyaman untuk beramal,” kata Ibrahim At-Taimi.

SeteIah kisah ini sampai kepada Bisyr Al-Hafi, ia mengomentarinya, “Demi Allah, Ibrahim At-Taimi menganggap cukup dengan ilmu Allah. Ia tidak ingin yang lain masuk bersama Allah.”

Tetapi, apabila seseorang yang mendapat gangguan dari manusia itu tidak puas dan ridho dengan ilmu Allah maka musibahnya karena tidak ridho dengan ilmu Allah itu lebih besar dari musibahnya yang berupa cacian dan gangguan manusia.

“Musibah tidak ridho dengan ilmu Allah” yang berarti lemahnya iman dan hilangnya keyakinan itu lebih parah dari musibah gangguan manusia, karena hal itu menyebabkan murkanya Allah dan kedudukannya jatuh di sisi Allah. Hakekatnya gangguan manusia itu rahmat dari Allah dan tidak mengandung musibah sama sekali bagi orang yang mengetahui rahasia dibalik itu, seperti yang akan diterangkan dalam kata hikmah selanjutnya.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM