Lebih Baik Tahu Diri Penuh Aib, Daripada Tersingkap Tirai Gaib

تَشَوُّفُكَ إِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّفِكَ إِلَى مَا حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْغُيُوْبِ

Usahamu untuk mengetahui aib yang ada pada dirimu lebih baik dari terbukanya bagi dirimu tirai-tirai gaib.

 

SESEORANG yang bersuluk kepada Allah haruslah ber-takholli (membersihkan diri dari sifat-sifat buruk) dulu lalu ber-tahalli (berhias dengan sifat terpuji). Jadi berusaha untuk mengetahui aib diri seperti seperti sifat iri, sombong, ujub atau riya’ dan bermujahadah untuk membersihkan hati dari sifat-sifat itu, lebih baik daripada mengetahui rahasia gaib.

Maksudnya, jadilah hamba Allah yang selalu ingin mencapai istiqamah, janganlah menjadi hamba yang menuntut karomah. Arti istiqamah ialah selalu menunaikan kewajiban agama dan menjauhi larangan Allah dengan terus menerus dan tidak terputus sampai mati.

Karomah tidak perlu dicari. Itu adalah hadiah dan pemberian dari Allah. Yang dituntut dan diperintah oleh Allah adalah beristiqamah. Allah berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah kamu dijalan yang benar sebagaimana kamu diperintah dan orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan.” (QS. Hud: 112)

Dari pentingnya istiqamah kita disuruh memohon kepada Allah sehari 17 kali dalam setiap rakaat salat. Memang tidak mudah istiqamah. Orang yang bisa beristiqamah berarti telah diberi seribu karamah.

اَلْإِسْتِقَامَةُ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ كَرَامَةٍ

“Istiqamah itu lebih baik dari seribu karamah.”

Ada dari para Kiai, guru, beristiqamah mengajar melaksanakan tugas dari Allah dan tidak peduli rintangan. Mereka Tidak menoleh kanan-kiri. Mereka adalah junudullah (pasukan Allah) dan malaikat Allah di bumi.

Karamah adalah buah hasil dari istiqamah.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami Allah kemudian beristiqamah, maka turun-temurun kepada mereka malaikat, janganlah kalian takut, dan jangan bersedih dan bergembiralah dengan surga yang kalian telah dijanjikan.” (QS. Fusshilat: 30)

Sebuah misal, Kiai Hamid, Pasuruan. Berpuluh-puluh tahun ia beristiqamah mencari ilmu dan beribadah. Ia belajar kepada belasan Kiai besar. Sampai pada akhirnya beliau berguru kepada Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf. Kiai Hamid membaca Risalah Qusyairiah kepada Habib Jakfar. Menurut kebiasaan Sufi, kalau ada guru membacakan kitab tersebut kepada muridnya maka itu menandakan bahwa muridnya akan menjadi wali. Jika salat Isya’ Habib Jakfar selalu menjadikan Kiai Hamid sebagai imam salat. Berkat istiqamahnya, akhirnya setelah Habib Jakfar meninggal dunia, maka muncullah Kiai Hamid dengan berbagai karamahnya.

Namun terkadang karamah muncul dari orang yang belum sempurna istiqamahnya, seperti yang diterangkan dalam kata hikmah Ibnu Athaillah:

رُبَّـمَا رُزِقَ الْكَرَامَةَ مَنْ لَـمْ تَكْمُلْ لَهُ الْإِسْتِقَامَةُ

“Adakalanya diberi rezeki karamah seseorang yang belum sempurna istiqamahnya.”

Dan kata hikmah:

لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصِيْصُهُ كَمُلَ تَخْلِيْصُهُ

“Bukan semua orang yang tampak terang keistimewaannya telah sempurna pembersihannya.”

Biasanya, pada anak cucu Rasul timbul karamah, walaupun belum sempurna istiqamahnya. Atau seorang murid yang baru bersuluk. Hikmahnya, agar ia bangkit untuk bersemangat dalam melakukan ketaatan, karena terjadi kelesuan. Hikmah kedua, supaya ia tidak berhenti di karamah itu. Karamah timbul sebagai ujian baginya agar ia terus melakukan perjalanan.

Ada seorang lelaki berkata kepada Sahal bahwa ketika ia berwudhu, airnya mengalir menjadi emas lantakan di hadapannya. “Tidakkah kau tahu bahwa bocah kecil kalau menangis, lalu diberi boneka maka ia terdiam,” jawab Sahal. Artinya, jangan tertipu dengan karamah itu, karena merupakan mainan bagi orang awam.

Karamah sebenarnya adalah karamah batin. Yaitu apabila bisa merubah sifat orang yang jelek menjadi baik. Orang yang bermaksiat berubah menjadi bertaubat. Ada seorang pencuri masuk ke rumah Malik bin Dinar. Ia keluar sudah bertaubat. Kiai Hamid masuk bertemu Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf langsung berhenti merokok.

Kalau ada orang yang bisa merubah akhlak manusia seperti itu, maka perlu didatangi, walaupun dengan melakukan perjalanan yang jauh ke negeri Cina. Dia adalah al-Ghanimah al-Kubro (Harta yang sangat berharga).

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM