Kebaikan Tutup Dari Allah

لَوْلَا جَمِيْلُ سِتْرِهِ لَمْ يَكُنْ عَمَلٌ اَهْلًا لِلْقَبُوْلِ

Andaikan tidak ada kebaikan tutup dari Allah, niscaya tidak ada amal perbuatan yang layak diterima oleh Allah.

 

SEORANG hamba itu diuji dengan sifat sombong, memandang kepada dirinya, merasa cukup dan bangga dengan amal perbuatannya. Dia melihat bahwa amal perbuatan itu semua adalah hasil dari jerih payahnya sendiri bukan dari karunia Allah. Dan yang lebih jelek dari ini adalah ia melakukan suatu amal perbuatan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang. Perbuatan amal seperti ini dinamakan dengan syirkul khafiy (perbuatan menyekutukan Allah yang samar). Perbuatan-perbuatan seperti ini dapat merusak keikhlasan yang hakiki.

Tidak ada jalan untuk bisa terlepas dari semua hal tersebut kecuali bagi orang-orang yang dikehendaki oleh Allah.

Yahya bin Muadz ar-Raazi mengatakan: “Kasihan anak Adam. Mempunyai badan yang cacat, mempunyai hati yang cacat, lalu dia ingin mengeluarkan dari kedua anggota yang cacat itu amal yang tanpa cacat.”

Syarat bahwa suatu amal perbuatan bisa diterima oleh Allah adalah dengan adanya keikhlasan. Sekiranya amal manusia itu dituntut dengan keikhlasan oleh Allah, maka tidak akan ada suatu amal manusia yang pantas diterima. Akan tetapi dengan kebesaran karunia-Nya, Allah berkenan menerima amal perbuatannya dan menutupi segala kekurangannya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا

“Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima amal mereka menjadi amal yang paling baik.” (QS. Al-Ahqaf: 16)

Seakan-akan Allah berfirman: “Mereka itulah orang-orang yang Kami maafkan kekurangan-kekurangan dalam amal-amal mereka dan Kami terima amal mereka dalam keadaan menjadi amal yang sempurna.”

Maka hendaknya seorang murid harus selalu bersandar kepada rahmat dan karunia Allah dan jangan bersandar kepada usahanya dan amal perbuatannya.

Asy-Syeikh Abu Abdullah al-Qurasyi mengatakan: “Jika Allah menuntut manusia untuk beramal dengan keikhlasan yang sebenarnya, niscaya akan habislah amal-amal mereka. Apabila amal-amal mereka telah habis, maka akan bertambahlah rasa miskin (kebutuhan) mereka. Di saat itu kembalilah mereka dalam keadaan bersih dari segala sesuatu, baik dari amalnya atau kekuatan diri sendiri.”

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM