Jangan Putus Asa, Walau Doa Terkabul Lama

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُهُ لِنَفْسِكَ وَفِي الْوَقْتِ الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ تُرِيْدُ

Janganlah kelambatan masa pemberian dari Tuhanmu – padahal engkau sungguh-sungguh dalam berdoa – menjadikan engkau putus asa, sebab Dialah yang telah menjamin engkau menerima semua doamu dalam apa yang dikehendaki-Nya untukmu bukan menurut kehendakmu dan pada waktu yang dikehendaki-Nya bukan pada waktu yang engkau kehendaki.

SEBAIKNYA seorang hamba tidak memilih sesuatu. Segala urusannya diserahkan kepada Allah. Sesuai dengan firman Allah:

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ

“Tuhanmu menciptakan apa yang Ia kehendaki dan memilih. Mereka tidak punya hak untuk memilih.” (QS. Al-Qashash: 68)

Ia tidak boleh memastikan apa yang diduga menjadi baik untuk dirinya. Sebab, manusia bodoh dan Allah-lah yang Maha Tahu. Terkadang seseorang tidak suka sesuatu, tetapi sesuatu itu baik bagi dirinya. Terkadang ia senang sesuatu, tetapi sesuatu itu jelek bagi dirinya. Maka pasrahkanlah kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Bisa jadi kamu benci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat jelek bagimu. Allah Maha Tahu dan kamu tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Abul Hasan As-Syadzili berkata: “Janganlah engkau dalam urusanmu memilih sesuatu. Pilihlah untuk tidak memilih. Dan larilah dari pilihanmu dan dari larimu dari pilihan dan dari segala sesuatu, kecuali kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Ia kehendaki dan memilih.”

Ada seorang murid menjenguk Abul Abbas Al-Mursi yang sedang sakit.

“Mudah-mudahan engkau disembuhkan oleh Allah, wahai guruku,” kata murid itu. Abul Abbas Al-Mursi diam tidak menjawab. Murid itu juga terdiam sesaat.

“Semoga Allah menyembuhkanmu, wahai guruku,” kata murid itu lagi.

“Apakah engkau kira aku ini tidak minta afiat (kesembuhan)? Aku sudah mohon kepada Allah afiat. Apa yang aku derita sekarang ini adalah afiat. Lihatlah Rasulullah meminta kepada Allah afiat. Rasulullah pernah mengatakan, “Selalu terasa bagiku bekas makanan di Khaibar dan sekarang ini masanya urat jantungku putus.” Bukankah Sayyiduna Abu Bakar meminta afiat kepada Allah dan dia mati diracun. Bukankah Sayyiduna Umar minta afiat kepada Allah dan dia mati dibunuh. Sayyiduna Utsman memohon afiat kepada Allah, tetapi ia mati ditikam. Sayyiduna Ali memohon kepada Allah afiat, tetapi juga mati dibunuh. Wahai muridku, apabila engkau meminta kepada Allah afiat, maka mintalah afiat menurut apa yang ditentukan Allah.”

Ini menunjukkan bahwa apa yang ditentukan Allah adalah afiat dan akibatnya yang baik untuk orang tersebut. Terbunuh, sakit atau musibah adalah afiat menurut Allah yang membuat orangnya menjadi mulia disisi Allah. Afiat dalam arti yang luas, tidak hanya sembuh dari sakit dhahir saja. Tetapi afiat yang berarti keselamatan abadi dari dosa, penyakit-penyakit batin, api neraka dan membuatnya mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah. Oleh karena itu, Nabi menganjurkan untuk meminta afiat. “Mintalah kepada Allah afiat di dunia dan akhirat,” sabda Rasulullah.

Sahabat Imran bin Hushain mendapat ujian sakit parah yang membuatnya tergeletak di tempat tidur bertahun-tahun. Tetapi itulah afiat baginya. Ia mendapat derajat yang tinggi dan pagi sore dijenguk malaikat berkat sakitnya itu.

Allah Pasti Mengabulkan Doa

Maka dari itu, seorang hamba harus memasrahkan dirinya kepada Allah dan percaya bahwa pilihan yang baik semuanya ada pada pilihan Allah, sekalipun tidak cocok dengan keinginan dan kehendaknya. Kalau hamba itu berdoa kepada Allah meminta sesuatu yang bermaslahat, maka harus yakin bahwa Allah pasti menerima doanya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

 “Tuhan kalian berkata, “Berdoalah kepada-Ku maka pasti aku mengabulkan untuk kalian.” (QS. Ghafir: 60)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sungguh Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Ada hadits riwayat sahabat Jabir bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ

“Tidak ada seorang yang berdoa dengan suatu doa, kecuali Allah memberi apa yang ia minta atau menolak bahaya darinya selagi orang itu tidak berdoa yang berdosa atau untuk memutuskan hubungan famili.” (HR. Ahmad, Turmudzi)

Dari sahabat Anas bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ دَاعٍ يَدْعُو إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ دَعْوَتَهُ، أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِثْلَهَا سُوءًا، أَوْ حَطَّ مِنْ ذُنُوبِهِ بِقَدْرِهَا، مَا لَمْ يَدَعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطْعِ رَحِمٍ

“Tidak ada seseorang berdoa, melainkan pasti Allah menerima doanya atau Allah menjauhkannya dari bahaya atau melebur dosanya menurut kadar doanya selagi tidak berdoa dengan dosa atau memutus hubungan famili. ” (HR. Abdurrazzaq)

Jadi, terkabulnya doa (ijabah) secara mutlak telah berhasil dan diterima sebagaimana janji Allah. Hanya saja terkabulnya doa itu urusan Allah dan menurut kehendak Allah. Terkadang dicepatkan, juga terkadang diundur karena ada kebijaksanaan dari Allah.

Jika berdoa dan belum terkabul keinginannya atau datangnya lambat, maka janganlah putus asa dan patah harapan terhadap karunia Allah. Tetaplah berdoa dengan sungguh-sungguh, berusahalah dan pasrahkan hasilnya kepada Allah. Waktu datangnya pemberian itu terserah Allah.

Mungkin hajatnya datang “lambat tetapi tepat.” Ia harus tetap berbaik sangka kepada Allah. Barangkali diperlambat oleh Allah untuk diberi pada waktu yang tepat disaat ia sangat membutuhkan. Sehingga pemberian Allah itu datang lebih sempurna dan sangat menggembirakan.

Ini seperti yang dikatakan oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam qasidahnya:

وَاِذَا تَأَخَّرَ مَطْلَبٌ فَلَرُبَّمَا   فِيْ ذلِكَ التَّأْخِيْرُ كُلُّ الْمَطْمَعِ

Apabila lambat dikabulkan permintaanmu, barangkali dalam kelambatan itu datanglah semua harapan

Terkadang ditunda untuk diberi di akhirat. Disebutkan dalam hadits bahwa seorang hamba dibangkitkan. Allah berfirman padanya, “Wahai hamba-Ku, bukankah Aku menyuruhmu untuk meminta keperluanmu kepada-Ku.”

“Ya. Aku telah meminta keperluanku kepada-Mu,” jawab hamba itu.

“Semua yang engkau minta sudah Aku terima. Tetapi sebagian Aku laksanakan di dunia dan yang tidak Aku berikan di dunia Aku simpan untukmu di akhirat. Maka ambillah sekarang,” Firman Allah kepada hamba itu.

Dari girangnya hamba tersebut, maka ia berkata, “Andaikan hajat-hajatku tidak diberi sama sekali di dunia.”

Hamba itu merasa sangat senang dengan pemberian Allah yang dlberikan di akhirat berkat doa-doa yang ia panjatkan dan tidak dikabulkan di dunia. Sampai-sampai ia merasa menyesal dengan terkabulnya doanya di dunia dan berharap agar semua permintaannya tidak dikabulkan di dunia. Alangkah senangnya dirinya andaikan semuanya diberikan di akhirat. Ia tahu bahwa akhirat bersifat kekal dan abadi dibanding dunia yang cepat rusak.

Kalau kita merenungkan hal ini, maka kita akan merasa senang dalam berdoa. Adalah sebuah kenikmatan yang besar kalau kita diberi kesempatan untuk berdoa. Bermunajat dengan Allah merupakan kelezatan yang bisa melupakan pada lainnya. Ada orang yang sampai kecanduan doa.

Dilarang Terburu-buru

Ada hadits yang melarang untuk terburu-buru dalam mengharapkan diterimanya doa. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

Dikabulkan doa seorang selama tidak tergesa-gesa. Maka orang itu berkata: “Aku telah berdoa tetapi tidak diterima.” (HR. Bukhari-Muslim)

Manusia itu bodoh. Ia tergesa-gesa ingin mendapat keinginannya. Tergesa-gesa memang sifat manusia. Bisa-bisa ia menanam sekarang dan besok sudah ingin mengetamnya. Allah berfirman:

وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا

“Dan manusia itu suka tergesa-gesa.”(QS. Al-Isra’ : 11)

Terburu-buru ingin mendapat harapan adalah kebodohan. Dengan terburu-buru ia dapat menggagalkan harapannya. Dalam qaidah fikih disebutkan:

مَنِ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ

“Siapa yang terburu-buru sebelum waktunya maka akibatnya ia gagal mendapatkannya. ”

Ia gagal disebabkan ia melawan ketetapan dan sunnah Allah. Hal ini berlaku dalam segala hal, bukan hanya dalam masalah doa.

Orang yang terburu-buru untuk diterima doanya adalah orang yang tidak mengerti adab berdoa. Seharusnya ia tetap sabar berdoa dan tidak berputus asa seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Harun.

Nabi Musa dan Harun pernah mendoakan Fir’aun.

رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ

“Ya Allah binasakanlah harta benda mereka dan ikatlah hati mereka, maka mereka tidak beriman sampai mereka melihat siksa yang pedih.” (QS. Yunus: 88)

Kemudian Allah menerima doa dua nabi ini dengan firman-Nya :

قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Allah berfirman, “Sungguh telah dikabulkan doa kalian berdua maka beristiqamahlah (sabarlah dalam melanjutkan perjuangan dan teruslah berdoa) dan janganlah mengikuti jalannya orang-orang yang tidak mengetahui (kekuasaan dan kebijaksanaan Allah). ” (QS. Yunus: 89)

Baru setelah empat puluh tahun dari firman Allah ini Fir’aun dan pasukannya dibinasakan oleh Allah. Begitulah, dalam perjuangan kita harus bersabar, tetap tegar dan gigih dalam memperjuangkan kebenaran sampai datangnya pertolongan Allah. Abul Hasan As-Syadzili berkata menafsiri فاستقيما : “Beristiqamahlah” artinya janganlah kamu tergesa-gesa.

Sedangkan:

وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu berdua mengikuti jalan orang-orang yang tidak tahu.”

As-Syadzili berkata: “Orang-orang yang tidak tahu adalah orang-orang yang ingin cepat dikabulkan doanya.”

 

Diperlambat Karena Dicintai Allah

Sungguh mulia dan beruntung orang yang tetap beristiqamah selalu berdoa kepada Allah, karena ia mendapat kecintaan Allah dan sesuai dengan keridhaan Allah.

Ada riwayat dari Rasulullah yang mengatakan:

اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُلِحِّيْنَ فِي الدُّعَاءِ

“Sesungguhnya Allah senang orang yang mendesak dalam berdoa.” (HR. Al-Hakim, Baihaqi)

Dalam sebuah hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik disebutkan bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Allah, “Ya Tuhan, sesungguhnya hamba-Mu si Fulan, kabulkanlah hajatnya.”

Allah berfirman: “Biarkanlah hamba-Ku itu, karena aku senang mendengar suaranya.” (HR. Ibnu Najjar)

Menurut hadits ini ada orang yang dipercepat untuk memperoleh keperluannya, karena Allah tidak suka mendengar suaranya. Na’udzu billah. Maka dari itu, hendaknya seorang hamba itu merasa takut bila cepat terkabul doanya. Ia harus khawatir termasuk golongan orang yang Allah tidak senang mendengar suaranya.

Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Mahdawi berkata: “Siapa yang dalam berdoa tidak meninggalkan pilihannya dan tidak ridho dengan pilihan Allah, maka ia orang yang dilulu oleh Allah. Dia termasuk orang yang Allah berkata kepada Jibril, “Cepat kabulkan hajatnya, karena Aku tidak senang mendengar suaranya”. Kalau orang berdoa menurut pilihan Allah bukan menurut pilihannya maka ia dikabulkan walaupun tidak diberi permintaannya. Amal itu menurut penghabisannya.”

Lambat Karena Tidak Memenuhi Syarat

Terkadang terkabulnya doa itu ditetapkan dengan syarat-syarat yang tidak dimengerti oleh orang yang berdoa sehingga tampak lambat karena tidak memenuhi syarat dari Allah.

Diantara syarat ijabah (terkabulnya doa) ialah keadaan terpaksa dan mendesak.

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ

“Atau siapakah yang akan mengabulkan doa orang yang terpaksa jika ia berdoa kepadanya ?” (QS. An-Naml 62)

Ayat ini menunjukkan bahwa terkabulnya doa itu tergantung pada keadaan terpaksa. Keadaan terpaksa ialah keadaan jika tidak ada lagi yang diharapkan kecuali karunia Allah dan sudah tidak ada lagi perantara, baik dari dalam atau dari luar. Ini adalah keadaan yang mulia dan kedudukan yang tinggi dan jarang orang sampai kepadanya. Dalam keadaan seperti ini, maka doa diangkat oleh Allah dan permintaannya akan diberikan.

Dikutip dari Buku al Hikam Mutiara Hikmah Kehidupan asuhan Habib Ahmad bin Husen Assegaf.

Bagikan :

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Lainnya

Dua Macam Berpikir, Karena Iman ...
الْفِكْرَةُ فِكْرَتَانِ فِكْرَةُ تَصْدِيْقٍ وَإِيْمَانٍ وَفِكْ...
Berpikir Adalah Pelita Hati
الْفِكْرَةُ سِرَاجُ الْقَلْبِ فَإِذَا ذَهَبَتْ فَلَا إِضَاءَةَ...
Pikirkan Makhluk-Nya
الْفِكْرَةُ سَيْرُ الْقَلْبِ فِى مَيَادِيْنِ الْأَغْيَارِ Berp...
Sangat terhina, waktu kosong tap...
الْخِذْلَانُ كُلَّ الْخِذْلَانِ اَنْ تَتَفَرَّغَ مِنَ الشَّوَا...
Orang Yang Diberkati Umurnya
مَنْ بُوْرِكَ لَهُ فِى عُمْرِهِ اَدْرَكَ فِى يَسِيْرٍ مِنَ الز...
Ada kalanya, Umur Panjang Tapi K...
رُبَّ عُمْرٍ اِتَّسَعَتْ امَادُهُ وَقَلَّتْ اَمْدَادُهُ وَرُبّ...

Anggota DINULQOYIM